Beribu mil laut kau belah untuk sampai pada sebuah tujuan. Di situ kau mukim sementara
di sini kau tinggal selembar hati masih perawan: anak semata wayang kita kau beri nama
belahan jiwa. Tanpa sesal kau ciptakan jarak kala ia masih tetap ingin mengulum putingmu.
Ranum jiwanya mengering terpanggang rindu. Kemarau tak henti-hentinya mengajaknya
bercanda. Malam terasa panjang kala aku terjaga dan meratapi sesutu yang hilang. Hingga kelak
setelah malam ini ia pamit dalam isak tertahan. Lalu diam tanpa ada gerak tercipta. Selamanya
tak akan ia kembali karena telah ditemuinya taman bermain. Aku meradang sendiri dalam linang
air mata perpisahan. Beribu mil ia telah berangkat menggapai jarak yang kau urai tanpa ujung.
Di sepetak mukim tempat yang kau tuju tak akan kau dengar apa-apa sebab aku enggan berkabar.
Di belahan jiwaku telah karam sebentuk biduk yang kau beri nama cinta.
Komentar
Tulis komentar baru