kutulis catatan ini, ketika kayuh ditanganku patah di tengah perjalanan, garam laut dan tampar ombak memecahnya menjadi keping.. Begitu pun biduk kecilku yang tanpa layar, di tengah samudra menjadi lembaran papan kayu tempatku berpegang.. sebagaimana aku yang terapung-apung ketika menulisnya..
Hati kita mungkin hanya sekepal rasa diantara semesta cinta yang mengharu.. menjadi api yang terus memendar hangat di kalbu.. yang menemu begitu banyak gelora dirinai hujan.. dan yang selalu bersesal diri dalam kerinduan yang sesunguhnya adalah bayang yang mengingkari tubuhnya..
Kayla.. tunggu aku diderasnya penghujan bulan Juni, itupun jika segala apa yang tersembunyi, senantiasa saling membentang.. membelakangi kita yang terlalu sibuk mencari arti cinta pada pengakuan-pengakuan hati terdalam yang telah terucapkan di genang-genang memoar..
saat goresan yang terakhir ini usai, berjanjilah padaku Kayla.. kita akan tetap setia menunggui hujan reda, menghabiskan malam dilingkaran kenyataan yang muram, lalu menabur mimpi pada rembulan yang kita tatap dalam kesendirian yang melelah, dan beryakinlah..
kelak kita akan bersama..
Komentar
Tulis komentar baru