Langit yang merah melengkung di bibirmu
Sayup-sayup suaramu mengepakkan sayap pada khayalan yang jauh
Dalam pikiranku
Kita berenang pada genangan darah dengan warna yang sama
Tapi aku tidak menemukan wajahku pada bening matamu
Kata-kata mengalir seperti sungai yang derasnya tak terbaca
Ungkapan-ungkapan cinta barangkali telah menjadi daging dari ikan-ikan yang lapar
Kini kuhancurkan dinding pada kastil jiwaku
Dan untuk sekian kalinya tak ada satu huruf yang mengenalku
sebab dirimu adalah pancaran yang membutakan mataku
Kau tahu, ketika dua musim saling berpelukan
Gerombolan awan mengundangku ke kamarnya
Dan mengisyaratkan bahwa api dadaku
Harus dipadamkan airmatamu
Kau tahu, ketika angin membasuh punggung bukit jiwaku
Burung-burung liar kehilangan sangkar dan bayi-bayi mungilnya
Dan burung yang terluka hatinya memanggil namamu
Dengan mengetuk-ngetuk dadaku yang sepi berulang-ulang
Tak terhitung berapa gejolak yang berontak dalam lamunanku
Bayang-bayang kusut menari dengan kegesitannya
Menyentuh hatiku, dan menerbangankan akalku ke dunia yang terjauh
April 2019
Komentar
Tulis komentar baru