KEBETULAN
mungkin hanya kebetulan saja hujan deras mengurung kita
di sebuah toko mainan yang menjadikan kita serupa boneka:
begitu menarik sesuai usia.
toko mainan yang banyak menjual dunia dalam dunia yang lebih sederhana
andai kata kita adalah sepasang kekanak yang tersesat
tentu tersesat ke tempat yang tepat.
sebuah mobil besar dengan perlengkapan senjata yang luar biasa kita tumpangi
mencoba merasakan bagaimana berada dalam kecaman.
sementara kita hanya airmata yang dikemas dengan lebih purba.
sesederhana membalik pakaian dan topeng yang sempurna
kita beranggapan bahwa dunia kekanak bukan dunia yang sederhana.
banyak lautan yang dangkal namun mencekam dan menakutkan serupa
--film monster dan seorang pahlawan kecil.
mungkin hanya kebetulan saja kita telah lebih dulu tua
dan memegang belati yang siap menyobek dada
belati yang sewaktu kekanak kita asah kita mainkan
sebagai pedang melawan kejahatan.
dan usia kita terbangkan sebagai layang-layang,
diulur, diulur hendak berlomba menembus awan.
ketika tak ada diantara kita yang sanggup menyentuh awan
sebuah prasangka tiba-tiba ada: benang usia yang kita punya
tak cukup panjang untuk ke sana
sejak saat itu kita tak tahu kemana terbang layang-layang yang kita putus benang.
mungkin hanya kebetulan saja dahulu kota-kota
belum sanggup membangun dirinya
di atas tanah-tanah sawah, lapangan sepakbola, dan pusara-pusara.
sehingga kita bisa leluasa memanjat punggung kerbau
menjadikannya kereta pacu paling membahagiakan
yang tak mungkin sanggup dibuat masa depan.
duel kita selalu berujung pada kubangan
kita berdua telah jadi pemenang.
karena menang tidak ditentukan oleh hal-hal yang serius
kemenangan bisa dinilai dari berapa lama kita tertawa
dan berapa lama kita sanggup menghentikannya.
di saluran air hangat yang dimasak sawah seusai musim panen
kita sering mandi, menanggalkan rasa sakit
yang mengeras menjadi waktu
sambil menggosok tanda-tanda bertambahnya usia dengan batu kecil
yang tersimpan di pematang, yang kelak pada suatu ketika kita akan merindukannya.
mungkin hanya kebetulan saja matahari tetap pada tempatnya
hingga kita masih dapat mengukur bayang-bayang diri sebelum memulai hari
karena segala sebab yang ada dalam diri bermula
dengan bagaimana cara kita menyantap sarapan pagi
dengan bagaimana cara kita menyalami pucuk-pucuk daun yang lembab embun
mengucapkan selamat pagi.
sembari mengintai kecupan mati.
Tunggulhitam, 2011
Komentar
Tulis komentar baru