Kepada engkau yang telah memilih pergi, datanglah sejenak ke kepalaku, berlarut-larutkah disana. Larutkan saya dalam sesuatu yang kau sebut itu "luka". Sungguh, hal yang terberat yang pernah ada adalah melepaskanmu selamanya. Kau yang tidak bersedia bersetia denganku, kau yang betah mencari jalan lain yang bukan jalan hidupku, kau yang sudah membuat kita tak lagi bermakna, segala yang ada kau leburkan jadi sesuatu yang digeluti air mata. Sedihnya tak usah ditanya, ada sesak yang tak terkira di dada, namun bagaimanapun, kau lihat sendiri hati ini, saya masih bisa duduk disini, menatapmu dan bahagiamu.
Dengan mengenangmu adalah caraku untuk menikmati luka yang paling manis.
#sangpenaklukwaktu
Kepada engkau yang telah memilih pergi, datanglah sejenak ke kepalaku, berlarut-larutkah disana. Larutkan saya dalam sesuatu yang kau sebut itu "luka". Sungguh, hal yang terberat yang pernah ada adalah melepaskanmu selamanya. Kau yang tidak bersedia bersetia denganku, kau yang betah mencari jalan lain yang bukan jalan hidupku, kau yang sudah membuat kita tak lagi bermakna, segala yang ada kau leburkan jadi sesuatu yang digeluti air mata. Sedihnya tak usah ditanya, ada sesak yang tak terkira di dada, namun bagaimanapun, kau lihat sendiri hati ini, saya masih bisa duduk disini, menatapmu dan bahagiamu.
Dengan mengenangmu adalah caraku untuk menikmati luka yang paling manis.
#sangpenaklukwaktu
Jendela Sastra
Komentar
Tulis komentar baru