Kembali Kurintihkan
Telah kau patahkan ranting kering yang menusuk bulan
Gumpalan asap di perbukitan pun jadi kalimat berkepulan
Ada penyaliban di tepi danau menjelang surya terbenam
Kabar itukah yang kau tebarkan dari kelam ke kelam?
Tak juga kupahami saat perlahan kau gelengkan kepala
Semua kau lakukan satu demi satu sebagai sebuah ritus
Setiap gerak liuk tubuhmu menembus batas gurun tandus
Kuhitung sekarang berapa kali kau bawa angin menghembus
Menerbangkan bilah belati mengincar leher-leher fana
Menjadi kisah yang terbenam di dasar kali sebening kaca
Telah kau patahkan ranting kering yang menusuk bulan
Patahannya kuhitung di titik nadir kujadikan butir-butir
Tasbih yang aku wiridkan dengan hati ngilu berdesir
Menjelma dawam cinta yang mencoba utuh mengalir
Kembali kurintihkan: debu-debu menyatu tiada akhir
Semarang, 2011
Komentar
Tulis komentar baru