Kenangan Tuanya
Oleh : Deden Fahmi F
Sederhana dulu hanya dengan seekor kerbau
Kini dengan kuda besi berpiston empat
Dulu bapakku seram dengan bambu yang diruncingkan ujungnya
Kini seram dengan kacamata dan tato
Dulu berjalan ditanah merah basah, lengket
Kini beralas karpet merah, dengan depatu kulit kerbau
Dulu bapak sarapan dengan singkong
Sekarang singkong makanan babi
Dulu bapakku bukan babi
Sekarang disebut babi
Dulu ibuku mandi di kali denganku
Kini kali bermandikan ludah, mengalir menuju muara karam
Dulu hutanku tempat bermainku
Kini hutanku tempat gudang uang penebang
Dulu kakakku, teriakkan musuh
Kini dipuja sebagai malaikat
Dulu, aku besar dan tinggal digubuk reot
Kini beralas tanah bertembok tanah dan beratap nisan
Dulu aku berlari menerjang musuh
Kini aku terpaku dalam bingkai dilihat musuh
Dulu aku hidup, kini tengkorakku saksiku
Dihadapan sidang paripurna dan pidato presiden baru
Kenangan yang ditinggal, bukan tertinggal
Aku disini menangis, meski tak punya kelopak
Aku disini bersedih, meski sudah tak punya hati
Kini anakku menjadi musuhku
Musuh dari kaumku, anak cucuku
Entah, aku akan bangkit kembali untuk merebut kemerdekaanku dari musuhku
Anak cucuku
Komentar
Tulis komentar baru