Kesatriaku telah datang.
Bukan jubah putih yang dikenakannya,
Seperti harapanku dahulu.
Tetapi kukenali jua dia
Ketika menatapku.
Kesatriaku menunggang kebersahajaannya
Menembus medan perang
Bertarung dan mengamuki nasibnya pun nasib kami.
Tiada rasa gentar atau menyerah dari raut
Wajahnya yang mengeras
Langkahnya terus maju
Mendesak lawan.
Begitu gigih dia melawan nasib,
Melawan kecewa akan kehidupan dan takdir.
Kesatriaku penuh luka
Penat
Dan rasa lapar
Ketika pulang dari medan perang.
Kusambut dia dengan buncahan rindu serta cinta
Dan kudapati senyum penuh rasa bangga menghampiriku.
Tetapi,
Aku takut,
Bukan dia yang akan mendapat kalungan bunga penghormatan
Dari Sang Raja.
(30 Januari 2008)
Komentar
Tulis komentar baru