Di tengah sekumpulan menghela,
Tubuh kerontang arang terbakar.
‘tak lagi mata dapat membeliak,
‘tak lagi mulut dapat mengecap,
‘tak lagi fikiran dapat berhayal,
Berhayal tentang damai.
Rumahnya puing-puing itu,
Debu yang mengepul adalah tubuhnya.
Pintu-pintu itu,
‘tak lagi dapat menutup dan terbuka.
Tatanan meja makan pun ‘tak ada lagi,
Piring-piringnya pecah,
Gelas-gelasnya hancur.
Butiran-butiran air mata,
Mengalir,
Meriak,
Bertemu di satu delta,
Mengombak riuh menjadi samudera.
Ada orang yang berkumpul,
Ada pula yang menyendiri,
Masing-masing menghayati,
Satu kata yang bermakna,
Reformasi di doktrinnya.
Setiap mkhluk mengagungkan kekuasaan,
‘tak sadar pada kerusuhan,
‘tak sadar pilarnya beruntuhan.
Luntapan-luntapan api didadanya,
Menopang yel-yel yang dikumandangkan,
Di tengah satu zaman.
Komentar
Tulis komentar baru