Skip to Content

Kidung Mempelai

Foto Joan Udu

KIDUNG MEMPELAI

                —untuk sepasang mempelai: kakak Olyyen dan kakak Willy 

 

Kidung 1:

Kita seperti sepasang burung gereja,

selalu berkisar di satu ranting cemara.

 

Tuhan mempertemukan kita di waktu

yang tepat—agar kita semakin tahu

bagaimana menaruh janji pada keabadian,

dan menyusunnya dalam sepenggal roman:

itulah yang kita sebut ‘kasmaran’.

 

Kidung 2:

Masih belum kusadari, zat-zat

penyebab kasmaran susuri sel-sel

tubuh kita, lalu merupa jadi debar;

dan di dada kita ia tak tertahankan.

Ia hadir seumpama genderang

yang mengabarkan keselamatan

kepada Israel.

 

“Selamat datang”, katamu

dan tahu: dag-dig-dug-dag di dadaku

sengit berkejar-kejaran.

 

Tapi kau, di kedua matamu

sebuah nada memagut: damai,

tiada sedikit pun ragu.

 

Lalu, kita berkhalwat—berpaut

dan kunang-kunang di mata kita meruap

“Kita seperti sepasang burung gereja”, katamu.

 

Kidung 3:

Angin membawa tetangkai rindu kita

yang pernah patah, yang tumbuh kembali,

di seputar mezbah ini. Tuhan menjahit

ujung-ujungnya, mengikat patahan-patahannya,  

dan kini mekar jadi janji (jadi berkat yang likat,

yang tinggal tetap di hati kita).

 

Di mezbah ini—begitu anggun, kita

mengekalkannya sebagai kenangan: sebagai

rumah yang ramah hingga penghabisan.

Kita kemudian menamainya: kesetiaan.

 

Sukabumi, 10 Juli 2017.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler