Skip to Content

Kuli Kuli Panggul

Foto Rasull abidin

Kuli Kuli Panggul

 

Tidurlah matahari,

Biarkanlah aku nikmati jakarta, satu malam ini

Tanpa bayangan keganasan sinarmu

Yang membakar rumput dan akasia,

 

Tidurlah matahari, dalam pelukan langit jingga

Dan biarkanlah aku, untuk malam ini saja

Mereguk pahit kopi hitam  

Di tenda darurat bersama para kuli panggul

Di tanjung priok...Urat nadi kehidupan

 

Tidurlah yang nyenyak,

Biarkanlah esok menjelang,Dan kau akan perkasa

Memanggang punggung punggung yang legam

Dan bahu bahu yang kekar,

Bersama cucuran peluh yang menguning

Luruh mengkilat diterpa sengatan terik cahayamu

 

Para Kuli panggul, masih harus terjaga

Sampai berapa lama memeras kepala ?

Disamping lamunannya, ada wajah istrinya

Ada rengekan wajah anaknya

Dan Ia mengelus dada...

 

Keras tangan harus terkepal

Malam ini, adalah harga sebuah tanggungjawab

Namun ia tunduk pada takdir,

Namun ia pasrah pada kenyataan, yang tak biasa.

Seluruhnya....

Kuli panggul sejenak resah mereguk sisa kopi hitam,

Helaan nafas merefresh fikiran

Dan aku mematung,

Menelanjangi setiap bagian garis wajahnya

Yang samar dibalik remang bayangan

 

Jakarta, bolehlah bersembunyi,

menutup mata yang buta

Atau meja kekuasaan belum banyak berteori

Atau malah sistem, yang terlalu banyak berteori

Dan keluar dari bagian teori...?

Rumus apa lagi...?

Negara ini bukanlah milik jakarta, tapi pembangunan...

Tetap milik jakarta...

Tapi kesenjangan,

Tetap milik jakarta raya

Tapi mereka,

Tetap milik jakarta metropolitan,

Hingga saat ini, jakarta berwajah (bencong) !

Raut wajahnya morat marit,

Dan kebencongannya banyak digandrungi

Karena kelataannya menjadi inspirasi buat mereka,

Para figuran rakyat dari badut badut kelas artis,

Hingga yang biasa ngamen di gang gang rumah

 

Wajah jakarta menjadi malpraktek,

Oleh intelek intelek pencetus teori pembangunan

Oleh tehnokrat tehnokrat kecoa

Tapi mereka hanya pandai berteori saja

Tanpa peduli persoalan dan kendala yang ada,

Sekian mega proyek menjadi slogan yang tak jelas

Menggencet kuli kuli panggul, di garis bawah

 

Bolehlah jakarta bermimpi, sampai liurnya meleleh

Atau menjadi anak manja...

Tapi bapaknya haruslah berdiri

Digunung yang menjulang tinggi, supaya jelas pandang matanya,

Meneropong gugusan nusantara

Yang berisi jutaan kaki penduduk berdiri diatasnya,

dan pastilah segala bentuk pembangunan adalah sebuah angan angan

Dan kesejahteraan di hasilkan dari peluh,

hanya buat pembangunan,

dan bukan untuk foya foya atau pesta pora...

 

Mereka tidak akan seperti kuli panggul,

Bila pembangunan bukan hanya buat anak manja

Terlepas dari persoalan Perut dan kehidupan

Mestilah mereka memillih,

Untuk apa bergelantungan di ketiak anak manja,

Jakarta raya.

 

 

Rasull abidin, 06 april 2013

Tg. Priok - jakarta.

 

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler