Kupandangi Kulit Lilinmu
: kelahiran Wiras Walmiki
Saat aku pulang
yang ada ternyata hanya wajahmu suci.
Saat kujenguk, kupandangi kulit lilinmu
menegaskan tahun-tahunku yang hilang.
Betapa dingin kabut di depan jalan masih menyelimut.
Betapa aku yang mencoba suntuk masih bergeragap
menjaga buah kuldi yang makin berlumut.
Seekor ular dengan sepasang mata lindap menyelinap.
Sampai di manakah aku?
(Sementara jamur-jamur di dinding waktu
makin rakus melahapi jarum-jarum jamku.
Daun-daun luruh di pelataran mempersingkat
sunyi bersama angin yang makin mencekat)
Saat kupandangi kulit lilinmu
kumelihat wajahku yang asing merindu
bersicepat dengan habisnya air kaldu
tetap saja aku gagap mengeja-Mu
Semarang, awal November 1998
Komentar
Matur nuwun sanget om Edi
Matur nuwun sanget om Edi puisine.
Komenmu ...
ahahahay ...
telat banget komenmu Wiras,
setelah 5 tahun kuposting
setelah 17 tahun puisi ini kutulis hehehe
dan, tampaknya kamu blm berhasil jadi anggota web ini
tapi, terlambat msh lebih baik hehehe ... :) :)
salam
Tulis komentar baru