Skip to Content

LABIRIN

Foto Ratu Diena Miftahul Zannah

Malam sekali ketika aku sadar bahwa semua telah menepi. Dalam tidur, mungkin mereka tengah bermimpi. Sedang aku masih sibuk mendramatisasi melodi indah yang telah berumur empat puluh delapan bulan. Serupa apa bayangan ku kepadanya, sesering itu aku bertanya. Ia memuntahkan onak dan duri kedalam dagingku. Mengingatkanku akan manisnya sketsa Bizet pada Carmen yang acapkali melenggangkan tari Flamenco—melucuti kepedihannya. Diatas semua yang ada, kepada jiwa itu aku meminta, kepada hati itu cintaku menyapa. Andai saja fantasi sama sejuknya di dunia fana, mungkin aku takkan terlalu jauh terkapar. Ia melemparku—menyeruput air yang keruh itu. Semakin jauh saja rasanya Wina. Terngiang di mataku—wajah yang hampa melukis keindahan terbaiknya—mungkin pula mengalahkan keanggunan senyum Monalisa. Ia benar-benar tak terjangkau—sajak ini pun tak kuasa menjamahnya

Mendesiskan kerinduan terdalam yang telah terkubur sepanjang jembatan
Shirath—lelaki itu seperti mati suri saja, secara mengejutkan bangkit 
Kembali—menyemarakkan gema kemenangan yang hilir mudik disana-sini
Aku menyucikan diri yang sesungguhnya takkan pernah suci. Begitu
Takjub aku dibuainya. Serentak kemuraman membuncah—mematahkan 
Suka cita yang susah payah ku bangun seusai kau tiada. 

Kini—seperti memenjarakan gaun ketenangan, kau gempur lagi semburat tawa yang baru seusia jagung. Tembok yang bermekaran bukan hanya disekeliling raga ia torehkan—menitahkan kejumawaan atasnya, atas kehendaknya. Yang ia pedulikan cuma satu—kegembiraan miliknya. Tak kau hirau betapa paraunya suara cintaku berdesir. Sungai Amor meletakkan elegi kepiluan begitu hebat, bernyanyilah aku bersama segenap penduduk bumi. Mendendangkan semilir kebenaran berselimutkan galau dengan penuh takdzim. Menyampaikan serangkaian atom cinta kepadanya yang terkasih. 

kau—hadir dalam ranah hidupku, menjarah segala sesuatu, menelanjangi isi perutku serupa labirin yang tak pernah rela melihatku keluar begitu saja dari kancah kerumitan yang kau gambar diatas kanvas—berlumur luka dan bersimbah darah. Menisbahkan kecantikan tiada tara pada hatiku yang tersayat oleh mata pedang yang kau hunuskan. Aku khidmat,, mendengar gurauanmu yang meracau—melepaskan sendi-sendi kepenatan dalam benakku. Memutar dimensi waktu yang pernah bergulir dihadapanku tentang kekonyolanmu—yang entah tak mengerti atau tak pernah mau mengerti akan diri yang telah sepenuhnya terjebak dalam lingkaran setan yang kau buat.


Menjepit lagi kehimpitan yang bersumber pada cinta, aku mengayuh sampan yang pernah digaungkan Schubert dalam Impromptu nya. Berharap segalanya berubah secepat kilat. Menenggelamkan selaksa kekacauan yang telah tergores—menguras semua kepalsuan yang terpoles. 
Sedang aku—disini akan berupaya merekatkanmu, memaksamu untuk menikmati sendiri betapa sesak dan ketat bernaung dalam labirin yang mengikat.



Bekasi, 21-23 September 2009

Komentar

Foto SANG PENGEMBARA

Bakat....

Bakat seni kentara sekali mengalir di jiwamu...karya-karyamu mengisyaratkan itu...waktu dan pengalaman 'kan menempamu...ciptakanlah karya-karya yang indah untuk kemajuan sastra di negrimu. Selamat Berkarya!

Foto Ratu Diena Miftahul Zannah

Terima kasih Mas Sang

Terima kasih Mas Sang Pengembara...
Ini hanya bagian kecil dari pengalaman pahit yang pernah saya rasakan dan menjelma menjadi sebuah karya seni...

Thanks to the experience....

Semoga Sastra Puisi selalu bernafas di Bumi Pertiwi...

Foto Hatim Abadi

mas penyair

Saya kayaknya harus bisa bercermin sama karya ini deh..

Foto Ratu Diena Miftahul Zannah

terima kasih mas penyair,

terima kasih mas penyair, tapi kalo karya ini dijadikan cerminan, saya yang semestinya harus bercermin pada karya2 sastrawan lain, seperti mas penyair ini...
Semoga Indonesia tidak kehilangan nuansa puisi dengan sentuhan melayu nya....
amiennn....

Foto SIHALOHOLISTICK

Dari tiga puisi yang saya

Dari tiga puisi yang saya baca, kelihatannya ini yang paling sukses. Seperti komentar di atas, banyak penyair yang sukses berangkat dari kejeliannya menerjemahkan berbaai kejadian yang menimpa dirinya, pun demikian dengan puisi/sajak ini......

Gali lagi segala yang tersimpan untuk divisualisasikan.
Salam Sastra dari Tanah Batak Tapanuli
Salam Kenal Salam Persaudaraan

=@Sihaloholistick=

Foto Ratu Diena Miftahul Zannah

terima kasih mas

terima kasih mas sastra...
pun demikian saya masih harus belajar untuk menggali lebih dalam mengenai segala sesuatu tentang puisi....

mohon bimbingan, kritik serta sarannya....

Salam kembali dari saya untuk Tanah Batak Tapanuli...
Salam kenal Saudara ku se Indonesia....

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler