Langit yang patah, mentari dirubung awan, kuyup sekujur tubuhku
terasa perih, luka sembilu di tapak kaki, senjaku pincang tertatih
laksana kuda tersaruk-saruk di cadas, aku menuju ke pintu pagarmu
Jalan panjang, penuh liku dan bukit, kulapangkan dada, kutempuh
tiada ombak bersurut di laut pasang, terbakarlah angin kembara
pintu-pintu musim belum tertutup rapat, siramilah rumput hatiku
Berdebu tubuhku, hujan tak mampu mencuci jejak perjalanan
terlalu lama, daki tebal menjadi kulit, dan aku tak layak mendekatmu
cukuplah kasihmu membiarku bebas memegang pintu pagarmu
Kucatat dalam hati, pada langit yang patah masih tersimpan harap
bukakan pintuku yang tertindih batu gunung, agar ada celah sinar
terangilah langitku sepanjang musim dengan matahari yang kekal!
Batam, 26 Maret 2015
Komentar
Tulis komentar baru