karena lapar
dan tanah air
tak lagi mampu
memberi makan
karena tergusur
lalu banjir dan longsor
silih berganti menggempur
lalu lumpur yang mengepung
lalu kemacetan yang menumpuk
kota bakalan tenggelam
dalam lautan maksiat
kebakaran pun marak
perampok mengamuk
korupsi dan erupsi
saling beraksi
kemana negara
kemana penguasa
lalu mereka yang berada dipuncak
semakin naik
tak mungkin mau turun
dalam kerakusan menggunung
sibuk menghitung keuntungan
dari proyek pembangunan
sambil mengunyah sarapan paginya
belum juga berhenti lapar
terus merancang
rumah mewah manalagi
akan dibangun
untuk tujuh turunan
para penentu kebijakan
pengawas dan pelaksana
bersama pengusaha berjubah hitam
cerdik cendekia
ulama tai lama
bersekongkol
dan saling lirik melirik
masih juga lapar
mencari
lahan manalagi
yang kosong
untuk digarap
tanah tambang sudah tergadai
hutan lidunng jadi gundul
kekayaan lautan
tergerus perompak asing
bagi yang pintar dan selalu lapar
bagi yang licik lihai
dan tak pernah kenyang
peluang selalu ada
hunian liar oarang-orang lapar
setelah digusur
disulap jadi kondomium
gubuk berubah pondok yang mewah
tempat menumpuk harta
tanah dan air pun diisap
rongga bumi menganga
mengancam bencana
pasar rakyat jelata
terpojok dibalik market
yang elegan dan arogan
bumi dengan beban berat
melahirkan anak bandarang
bangkee, gablek dan anyanya
yang selalu lapar
tak terpuaskan
karena duit yang sulit didapat
rakyat pun dinina boboki para peramal
tentang kiamat sudah dekat
tentang angin surga sudah berembus
dielus-elus agar tetap sabar dan tawakkal
dan tetap menempuh jalan halal
jangan merampok
jangan membunuh
karena mereka yang melakukannya
bakalan masuk neraka
begitulah dalam setiap doa bersama
dan tablig akbar
didengungkan pertobatan
dan disampaikan
bahwa Tuhan tidak bakalan merubah nasib suatu kaum
kalau bukan kaum itu sendiri yang mau merubah nasibnya
bagi yang berilmu dan bermodal
seruan restorasi didengungkan
pengganti reformasi yang mati suri
para pakar motivator berkoar-koar
politikus berbusa-busa mulutnya
menghipnotis massa
membagi-bagi hadiah
agar orang-orang lapar itu
memilih dirinya
ujung-ujungnya tak lain
demi uang dan kedudukan
demi perempuan dan kehormatan
demi nafsu berkuasa yang tak terpuaskan
lalu lahan mana lagi yang kosong
untuk diperebutkan
kue mana lagi yang tersedia
untuk dimakan habis
bagi yang ahli dan trampil
dan tak tahu berusaha
dan memilih jadi sapi perah
bagi pemilik modal
masih tetap juga tak punya apa-apa
tetap saja dari dulu ke dulu
tak punya pengharapan
lsm tetap saja jadi duri dan benalu
aparat tetap saja ber kkn
dan semakin sombonglah para hulubalang
pemegang kendali kebijakan
karena yakin kebijakan tak bisa dihukum
tak apalah kebohongan dijalin
asal kemakmuran dapat diraih
asal kemakmuran sebagian kecil untuk rakyat
sebagian besar untuk diri dan kelompok
karena kita lapar dan lapar terus
tak ada yang sulit bagi negeri yang dikondisikan tak menentu
selalu ada lahan tersedia untuk digarap
bagi serigala buas dan beruang lapar
manusia lemah dan tak bersatu jadi santapan nikmat
dan rakyat
yang sesungguhnya memang lapar
sekarat melarat dan tak berdaya
tak usah takut
masih ada bunda pertiwi
yang setia
menunggu perubahan
dalam kekeringan darahnya
dalam kebutaan matanya
dalam kondisi tubuhnya yang sakit-sakitan
selalu diguncang prahara
ingin berpisah
karena ulah anak-anaknya yang bodoh
dan tak pernah berhenti lapar
dan rakyat
yang terinjak
masih punya potensi
melahirkan revolusi
Komentar
Tulis komentar baru