1
Pagi
Ada rindu pada mendung yang terpinggirkan beringas metropolitan,
mengawal debu pagi beterbangan menujah matahari
menuju lengang langitmu, Makassarku.
2
Siang
Makassar, kekasih purba ku.
Maafkan karena tak mungkin menemukan sesuatu untuk hasrat pemenuhan pujamu.
Aku toh tak mungkin menemukan bintang di hamparan tanah berdebu,
selain rerumputan liar menjalari trotoar tak bertuan, sesiang ini.
Sukma gelisah jiwa jiwa resah bersimbah di tanah,
di cakrawala, di wajah wajah petarung yang kehabisan asa.
Selalu bisa mencari, namun tak selalu bisa menemukan.
Makassar, kekasihku yang malang
Aku kembali padamu, kembali mencari
Wajahmu, wajah kita.
3
Senja
Penggalan kenangan akhirnya hanyut dalam lantunan tilawah
Penggalan senja menuai serakan aksara yang tersisa pada kelopak matahari
di bibir Makassar, kotaku yang ayu.
4
Malam
Sia sia menyemai kelam pada bingkai permai wajahmu,
Lelampu jalan terus berlomba merias senyum
setelah seharian lenyap dari rona sumringah.
Maka saksikanlah kedua lengan terentang
bagi kerlip indah di sudut kerlingmu, kota permaiku.
5
Larut Malam
Makassar, kotaku yang besar...
Penat menyapa purba usiamu
biar kubuai dikau di ujung malam
Nyanyikan nina bobo sembari ciumi perihluka mu.
Lelaplah, biarkan kurengkuh resahmu
biarkan punggung mu rebah istirah dalam pelukan malam
Biarkan doa doa melangit ke awang uwung
serindu larungmu.
Makassar, 25062012
Makassarku Sayang
- Puisi |
- Puisi |
- Puisi tutur
- 3727 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru