MENGAPA KITA BEGITU KERAS KEPALA
(1)
Pada awalnya adalah
tanah, lalu darah, lalu kembali
tanah
(2)
Mengapa kita begitu keras kepala
Mengurung cahaya, memagari mata dari cakrawala
Menutup telinga dari lagu burung, dari bait-bait iman
yang membuat mereka terbang
“Prithvi mata”, angkuh kita mengangkat muka,
“atasmu kami bertahta!”
Dengan kaki menginjak sajak-sajak tanah,
“Kami dan hanya kami yang adalah darah!”
Tapi
kita menjadi gentar saat harus berbagi kesombongan
Memagari aliran darah itu dengan api, memancangnya
dengan berbagai bendera
Dari skesa Machiavelli kita bangun kuda-kuda Troya
Menjadikan seluruh bumi kurusetra
Tiap hari puluhan timah menembus tubuh Bisma
Tiap hari seorang istri panglima mengeramas rambutnya
dengan darah Dursasana
Tiap hari angin mengulang keluhan
menyusup di puing reruntuhan, “Bukankah kalian tidak dilahirkan
dengan palu atau pedang. Mengapa cepat sekali lupa
cara telanjang.”
Angin hanyalah angin. Kita bergeming
Masih saja mengingat Perang Sabil sebagai hikayat yang dingin
Melepaskannya dari kebesaran hati Shalahudin
Masih saja menjauhkan jantung dari keheningan yang mencerna
getaran sumsum yang dialirkan kumandang adzan Isya
dari Hagia Sophia
(3)
Pada awalnya adalah
tanah, lalu darah, lalu kita
menjebak diri di tengah
Hilang arah
Komentar
salam
Mengapa kita begitu keras kepala? sebuah tanya yang mengajak pembaca tuk sejenak melepas ke-aku-an lewat perenungan yang dalam untuk mengkaji kehidupan. Terus berkarya ^_^
puisi yang penuh kata-kata
puisi yang penuh kata-kata indah,yang bukan menasehati tapi menyadarkan...terus berkarya dengan keindahan bung!!!salam kenal
aku suka..
aku suka..
jt
keren
Kata kata indah dari muara yang indah
#MahK
MATUR NUWUN
Matur nuwun atas apresiasinya
Tulis komentar baru