Lewat pintu itu mereka keluar
Selangkah demi selangkah detik tak terhitung banyaknya
Satu lukisan menggeliat layaknya ular
Melilit menghimpit benak tertinggal
Sisahan asap dari pesta yang mulai pudar
Menusuk paru membakar lalu mencari keramaian baru
Lukisan waktu yang mahal untuk ditukar
Pintu telah tertutup, pecahan-pecahan itu kembali ku pungut
‘tuk sekedar mencibir dan membentuk harapan kecil
‘tuk sekedar terjatuh lantas dendam menunggu tuk membunuh
Dari lintasan licin itu mereka masuk
Meluncur tanpa langkah seperti kadal menyeberangi sungai
Sentuhan lembut dan senyuman yang muluk
Mendidihkan darah memaksa butiran air keluar dari mata
Terperangkap dalam masa depan yang terasa busuk
Hari kemarin layaknya rantai anjing pada leherku
Mencekik harapan menyeret segala tindakan
Perjuangan yang sia-sia hampir tak ada yang tersisah
Kemungkinan dua selalu luput pada mereka
Dengan nada rendah mengucap doa atau terus menjilat luka
(Jakarta, 6 Februari 2017)
Komentar
Tulis komentar baru