Skip to Content

Mensyukuri Perjumpaan Nasib

Foto Defri ar-Rahman

Titik telah berpulang kehulu tanya,

saat

: darah sembunyi dalam tangis

waktu mengintip suara di bawah arti setajam makna,

menunggu koma yang telah duduk menjemput rahasia dalam raga

Sekarang; ikhlaslah tubuh tak lagi tumbuh

Datanglah!

engkau wahai permata di kaki subuh

tuntun haluan angin di tangan purnama akhir:

bingkis segala pesan ungkap sejuta titah

Penjarakan segala Tangis yang mengikat simpul-sendi urat-nadi

pecahkan tekatekinya; sungai

: tentang mata, telinga dan rasa.

 

Wahai langit; ijinkan

: atas awal yang terakhir

Aku akan datang meramu rasa di lamunmu; jangan tutup awan

Aku hanya tamu di balik tanya;

Duhai Baginda Ratu, ber-sabda-lah dalam kalbuku;

jangan diam sepucat makna

goreskan pena-pena lakumu dalam sifatku;

Aku ingin pahami bahasa angin yang menyinggahi jantung tubuh-alam ini

Aku belum mengerti

: Apa itu arti? Apalagi makna yang tersembunyi.

kenapa ada ikhlas secepat rasa?

Bukan kumengeluh, apalagi mengutuk kehadiran taqdir

sebab taqdir aku mensyukuri perjumpaan nasib

Aku hanya bertamu ke-dalam tanya; tentang rasa.

 

Wahai gumpalan Tawa;

Lihatlah tangis;

Sekarang kaki-kaki akal telanjang di rumahnya

: duka

Rintihan kosong, dengan mata hampa tidur-terjatuh

Mimpi jadi putik subur.

Sadar-lenyap di atas penjamuan bintang

Mati rasa; Buta-bahasa tak terbilang

Sedetik lepas

Menetes masa ke dalam darah

: putih

Langit-Bersih

Hilang

Wajah terbayang tenggelam-padam;

Tidurlah kutub

Berbaringlah api

Mentari!

Jatuhlah malam ini; Jangan biarkan aku bermimpi agar mengerti

; Duhai pagi.

Mata! sadarkan aku; rasa

Aorta! Berhentilah-jantung;

Mendengung

Lurus.

 

Ingatkan aku 

: Semua akan pulang menjemput masa

Karena kita

: adalah tamu sebagai taqdir yang mensyukuri perjumpaan nasib


Karya: Defri ar-Rahman
Padang 04 Januari 2012

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler