Menunggu Matahari Tenggelam
Legam lenganmu terbakar terik matahari
Engkau taburkan lingkaran jala demi anak anakmu
serasa tak ada lelah yang menghampiri
Kehidupan engkau jawab dengan semangatmu
legam tubuhmu terbakar terik matahari
Engkau taburkan sejuta mimpi demi anak anakmu
serasa gelombang menjadi nafasmu
Dan gemerincing air hujan adalah keringatmu
Ayah..ayahku yang tersayang…kini menjadi kenangan
usai sudah peranmu dalam kehidupan
tinggalkan doa doa yang tersimpan di saku
Dan semangat jiwamu tetap tertanam di hatiku
Ayah…ayahku yang tercinta…
kini telah menjadi lamunan…kemanakah rindu ini akan aku tambatkan..?
Apakah pada perahu tua dan jala yang masih tersimpan
apakah pada kerikil pantai yang terhampar
ataukah pada lautan yang luas membentang..?
Ayah…hari ini anakmu telah datang
seperti dulu masih menunggu matahari tenggelam
mengharap engkau pulang dengan seikat ikan
Dan menambatkan tali yang panjang pada tiang
Ayah…hari ini anakmu telah kembali…
seperti dulu masih menggambarmu di sepanjang pasir pantai
mengharap engkau pulang dengan senyum kemenangan
dan menundukkan matahari yang pulang jauh ke awan
Ayah…hari ini aku telah datang…
untuk ku persembahkan kepada dirimu
setelan jas hitam dan sepatu yang termahal
agar ku lihat dirimu lebih tampan dalam bingkai gambar lukisan
Di depan pintu gubuk bambu ibuku menunggu....
nampaknya kini hanya matahari yang tenggelam
membawa semua warna senja yang temaram
tak ada lagi senyum kemenangan yang ku pandang
Aku berdiri memandang lautan…
Aku hentakkan batu jauh ke tengah samudera
” ya Allah terimalah ayahku dan senyumannya… ” harapanku dari relung hati yang paling dalam.
Rasull abidin, 06 Jan 2012
Sukolilo Timur.
Komentar
Tulis komentar baru