redamlah nyala api pada wajah rembulam
karena purnama tak pernah bersinar lama
sementara bara rindunya terus menyala, membakar dunia
engkau gelisah, bermain-main dengan mawar dan durinya
kegelisahanmu itu laksana embun di penghujung malam
engkau datang memenuhi angkasa sunyi dan bernyanyi
di laut matamu kegelisahan mengalir laksana sungai
hatimu yang jatuh dan patah membutir pada helai daun talas
bergelayut lemah dalam kebimbangan mencari pegangan
sementara matamu menatap was-was ke ufuk timur
ke arah tempat perginya matahari senja
yang akan datang menjemputmu menuju kematian
Komentar
Tulis komentar baru