Skip to Content

ODE BUAT (KOMUNITAS) JENDELASASTRA DOT COM

Foto mahyut z.a. dawari

Kita pancung kalimat sepuas mau. Terpenggal jadi kata-kata mencari induk semang

dalam pikiran kita merenung, menyimpan diri sendiri. Inilah kita, kau, dan juga aku

mengasah pedang untuk bertikai. Saling melukai dan mengingkari rambu-rambu. Jalan

padat semata oleh serapah dan tak peduli. Kukenang Iwan Simatupang dalam jejak puisi

sarat oleh keindahan yang lindap. Khairil yang cerdas. Taufik peka pada permainan masa

lalu dalam bingkisannya kita menjadi musuh dalam selimut. Menghujatnya tak tahu diri.

Aku terkapar malu. Tak pelak sakit hati dan menjadi prematur di bawah bayang mereka

 

tanpa taring. Pintu itu telah dibuka. Berlomba kita bersolek kata begitu ekstrem. Tak jejap

sedikit pun kita tak berkaca melintas koridor sastra mumpuni. Reformasi mengutil, meruntuhkan

batas kriteria kata-kata bersayap. Gamblang semau gue. Inilah wajah kita. Kerut dan kecut

tanpa wibawa. Di negeri Taufik malu (aku) menjadi orang Indonesia, sastra lahir serupa bayi

 tanpa ayah. Bercokol tak tahu diri. Kaidah dan etikanya dibenam ke dalam tanah lapis tujuh.

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler