Dingin memilin rambut basah
pori-pori mekar menahannya
sudah menidurkan tiga perempat mata
sebagian dengung dupa masih terjaga
berkelebat menembus sunyi berkalang
dawainya mengalun meliuk seirama
membubung melambung mengarah runcing
Bumi mengelam hanyut melebur
seruling meningkah gelap
melongok pada bayi yang lelap
bulan telah menendang matahari
pulang lari...
dan lamunan meradang menusuk-nusuk
kepala berasap bergulung-gulung
Rupa kunang-kunang melayang-layang di udara
mengawang berselancar riang
lurus meliuk, meninggi merendah
hinggap sebentar lalu terbang lagi
pendar warnanya membidik pekat
berkedip genit seperti pelacur jalanan
Tirai pentas tersingkap
kunang-kunang dalam kamarku
berjajar berjejer, bergumul mencium
saling menjilat, menari lalu mengepak
sayapnya mencengkeram
bertambah gaduh menarik suara
kulihat api melingkari mereka
matanya berkilat dan panas
mulutnya seperti haus sungai dewa, menerkam
dengan murka menelan semua
peluh larut dalam darah mengalir
di nadi-nadi...
Gelap semakin gelap
pekatnya menolak cahaya hanyut dalam
pesta mabuk bunga-bunga bertaburan
di atas pentas, harum gaharu mengepul
kunang-kunang tenggelam
matanya nanar berkeliling
seperti telah lupa jalan untuk pulang
Komentar
Tulis komentar baru