Skip to Content

PAWANG MIMPI

Foto Omahasu

Kau yang datang mengaku pawang mimpi

Kau yang mengusung dendam berjubah perduli

Untuk apa terus sesalkan hari esok kami?

Mengutuk hakim-hakim tua itu dengan api

sedang palunya terpinjam padamu saat ini

 

Coba sebentar berhentilah, becerminlah

Bukankah dendam itu pun bagimu samar?

Diwariskan sebagai belukar

yang tercerabut dari akar, yang terus kau asah

dengan penghakiman yang gelisah

 

Lebih mendekat dan lihatlah lagi

Kami pembajak lumpur, keringat timba sumur

Kekuatan kami adalah syukur

Tak secuilpun keinginan menebar api

Terlebih lagi menuai abu

Takkan subur ladang ini oleh ludahmu

juga oleh ludah kami sendiri

Kebencian takkan membuat kami bertahan

di sini, memaksa lemah kaki berdiri

saat badai menerjang tanah ini

 

Lebih mendekat dan dengarlah ini:

Sudah kenyang telinga dan mata kami

dipaksa mendengar, menyaksikan

kepalsuan dan kepalsuan lagi

Sudah kenyang mimpi kami dihianati

Berhentilah berjanji , berhentilah menyumpah

Jubahmu itu, lepaslah

Seperti kami, telanjanglah

 

Mari kita duduk di bangku yang sama dan bicara

dalam apa adanya hati, apa adanya air mata

Tentang tawa yang tawa, luka yang luka, tentang

apa yang terdengar di balik merdu nyanyian

apa yang terlihat di balik indah lukisan

siapa yang terinjak di balik tinggi pujian

Tentang di mana kau nanti jika sejarah terulang lagi

akan kah seperti dulu; angkat kaki?

Yang kami tahu, yang kami yakini, kami akan tetap

di sini

 

Di sini kami lahir

di sini pula kami mati

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler