Dia tak pernah kembali lagi
Sejak pamit pergi bersama angin
Menenteng senapan tua berlaras panjang
Dengan butir-butir peluru siap ditembakkan
Dua jari di bawah dada kiri menembus kelam
Menyisir jalan tipis setapak di tebing hutan
Yang berliku kini terang bersinar bulan
Tanahnya bersemak berduri begitu rumpil
Berguguran meluncur ke bawah jurang
Ditelan gelap malam-malam yang lengang
Dia tak pernah kembali lagi
Sejak pamit pergi bersama angin
Tanpa tahu kijang kencana bersembunyi
Di balik rimbun daun yang bernafas cahaya
Peluru yang menembus kelam terus memburu
Jogja, Januari 2011
Komentar
Tulis komentar baru