Lihatlah? Aku bertahan tanpa mengeluh
Meski harus ku abaikan setiap peluh
Berdiri, diam sambil memandang
Seolah tak lelah untuk menantang
Meski kau berlari aku tetap mengejar
Tak perduli walau sampai fajar
Diam-diam aku memperhatikan
Lalu sampai kapan aku akan bertahan
Senja memerah saat aku menanti
Namun tak pernah ada yang pasti
Lalu mengapa aku masih bertahan
Meski dia tetap tak ingin melawan
Satu persatu langkahku kembali
Kau ancam aku dengan belati
Bila kau tak inginkan aku pergi
Tahan aku dengan cinta yang suci
Penantian
- 2289 dibaca
Komentar
Mira w
salam kenal mba..........
Dalam puisi ini saya melihat
Dalam puisi ini saya melihat ada hal yang ingin disampaikan, namun apa yang disampaikan itu dari larik pertama sampai terakhir hanya disiratkan secara implisit dan apa yang diungkapkan itu tidak dapat ditangkap, masih berupa teka-teki.
setau saya dalam menulis puisi, ketuntasanlah yang ingin diharapkan pembaca, berbeda dengan menulis prosa, pembaca akan merasa tertantang untuk menyelesaikan jika cerita yang kita buat menggantung atau tanpa akhir.
Dari segi psikologisnya, kita memberikan pembelajaran secara tidak langsung kepada pembaca, dengan akhir yang menggantung pada prosa yang kita buat maka pembaca akan memiliki asumsi tersendiri dengan apa yang kita paparkan.
=@Sihaloholistick=
Thx utk masukannya, mas :)
Thx utk masukannya, mas :)
sepotong sajak balasan
aku melihat! kau bertahan dengan keluh
kau tak mengabaikan peluh yang menyapa
tersungkur, mengaungi diam ku
namun kau telah lelah enantang petang
senja tak kau temui di penghujung langit
kepastian meninggalkan jejak dalam gelap
diam adalah bisikan nuranimu
kau bertahan untuk menunggu. kapan?
langkahmu tak bisa kau temui
biar kau tancapkan belati, menikam jejak kemarin
mengusir ia pergi, menjauhi langkahmu hari ini
namun ia bertahan dengan sucinya kata cinta yang kau balut indah.
akbar cutong
Tulis komentar baru