Aku berdiri di depan sebuah gerbang masa lalu
menyaksikanmu berdiri sebagai sang penguasa agung
engkau tampil dengan segala atribut kebesaranmu
kulihat pandang matamu bagai singa, siap menerkam
siap mencabik-cabik setiap lawanmu, mengerikan
pedang berkilau di tanganmu, ujungnya menunjuk ke langit
menunjuk ke awan bertopan, siap memporak-porandakan seluruh negri
Kau begitu agung, dan selalu diagung-agungkan di mana-mana
tiupan angin berdarah dari ujung pedangmu, membuatmu tergelincir
kini engkau jatuh ke dunia nyata, jatuh ke duniaku, dunia penuh debu kehidupan
jatuh ke dunia dimana orang-orang hanya dapat berfikir hari ini, bukan hari esok
kulihat engkau kini jadi kecil, bagai kucing jinak berdiri di gerbang kekuasaan
rasa takutku lenyap, namun sorot matamu masih mengisyaratkan beribu ambisi
betapapun besar ambisimu, engkau tak lebih agung dari hari kemarin!
Komentar
Tulis komentar baru