Aku perempuan malang , tiap hari merintangi jalan
Sembari menelusuri malam, penuh kehampaan
Seakan-akan merindukan belaian
Bibir tak lagi berucap, lidah tak lagi rasa
Sekujur tubuh mati rasa
Aku yang malang, membelai si-hidung-belang
Pedih bukan kepalang
Tubuh melentang, hingga pagi menjelang
Hanya demi sepotong kentang
Terlihat antrian panjang, bak Jakarta tengah kemacetan
Tubuh kering-kerontang, hanya tinggal tulang-belulang
Bunga-bunga di tepi jurang, di bawah bukit nun menjulang
Kabut berhamparan
Menyaksikan dara kehilangan kembang
***
Komentar
Tulis komentar baru