Skip to Content

Pesta kematian

Foto nohan wijaya

Pesta kematian yang berangsur terpapar pada lembar koran, menyudahi rasa kegelisahan akan surga yang perlahan hilang, oh Tuhan, bagaimana mungkin hidup hanyalah hiruk pikuk yang mencoba melepaskan diri dari rasa tenggelam di laut air mata manusiamu. Oh, pangeran kemana semua ayat-ayat apimu, yang mampu membakar semua congkak dan nafsu manusia-manusia keji yang senantiasa mampu hidup abadi?

Di mana ayat-ayat sucimu yang seharusnya terbang melayang mendamaikan sanubari hati?

Di mana para nabi yang penuh mukazizat, penuh kelembutan untuk memutuskan hukum dalam penganiyayan yang terjadi di muka bumi

Malaikat-malaikat yang menyerah ketika ketiadaan yang di hadapkan menuju makkah, ketika ketidakadilan harus di bujurkan ke utara dan di shalatkan lalu serentak menyerah pada kata amin.

Ya rabb, kemarilah senantiasa menjela manusia yang bersimbah darah. Mengulurkan pengampunan pada kami

Ya rabb, datanglah dengan murka, membangkitkan jiwa yang nelangsa atas tabiat-tabiat mangsa yang tak kunjung mereda

 

Sawa-sawah yang hilang

Pemukiman yang hilang

Kemanusiaan yang hilang

Nurani yang hilang

 

Hidup kami telah mati, terancam besi-besi manunggal tinggi,

Hidup kami telah tiada di pancung bencana dan rencana

 

Hidup kami hanya senantiasa menunggu penjelmaan dosa menjadi doa yang terus di lafalkan dari mulutku hingga mulutmu, tak henti-henti berdenyut dalam surga yang entah terletak pada neraka atau dunia

 

Bajingan, nafsu yang menggerutu mengucup, menggali mejadi ukuran tubuh kita yang sebentar lagi membusuk, menjadi teriakan lara yang terus menyala menembus batu nisan yang di bangun kokoh oleh keluarga dan doa-doa atas pengampunan yang engkau beri

Bajingan, jika nanti istri dan anak cucu kami harus rela berjanji terpasung mati, atas kemanusiaan yang sudah terjual, dan di  jual belikan

Lalu dimana tubuhmu Tuhan, aku ingin menyembahmu di setiap waktu, sekarang atau nanti aku akan mati lalu mohon ampun kepadamu, merengek kesakitan, menangis kegirangan

oh tuhan, kematianku telah kau genggam, tunggu doa-doa kami yang senantiasa menuju pada tempatmu, surgamu

ampuni kami

ampuni kami

ampuni kami

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler