POLITIK(US) BERWAJAH TIKUS

: Sebuah Catatan Kecil Tentang Sekelumit Kekecewaan Pada Pesta Demokrasi Bernama Pemilihan Umum


ini lagi kalanya, kawan
kita ditantang dengan peradaban yang dipoles-polesi
sembilan juli bilik kecil yang lebih sempit dari sekedar tempat buang hajat dibuka lagi
tapi yang kita lakukan adalah tak cukup mampu membuat isi perut kita nyaman
karena virus asal bukan si anu jadilah tak peduli lagi berapa rupiah masuk saku celana untuk sekedar membeli lotre angka jitu
kita memang bukan bangsa yang bodoh karena kita adalah manusia-manusia yang berbudaya berpendidikan dengan gelar akademik berjejer di depan dan di belakang nama
kita juga bukan bangsa yang tak bermoral dan beraqidah karena pada waktu shalat tiba dari pengeras suara masih terdengar azan berkumandang
atau setiap Sabtu dan Minggu lonceng greja masih juga berdentang dengan lantang lalu nyanyian-nyanyian khidmat berkumandang sayup-sayup bunyinya
atau dari klenteng-klenteng vihara dan kuil juga masih penuh disesaki jemaat
lalu apakah yang salah dari negeri ini?

ini lagi kalanya, kawan
kita ditantang dengan gerakan-gerakan baru
yang visi dan misinya diperdagangkan dengan uang biru dan merah
lalu para pedagang berhenti merumput di pasar-pasar tradisional lantaran dagangannya tidak laku
adakah yang aneh dari negara makmur ini?

sembilan juli nanti bilik kecil yang lebih kecil dari sekedar kamar kecil
akan terjawab semua kepongahan semua keangkuhan yang selama ini kita petakan pada konsep visi misi
tak ada yang bisa kita perbuat untuk mengendalikan roda kebiadaban politikus yang wajahnya memelas layaknya tikus
lantaran kita ikut ambil bagian di dalamnya jika tidak kita akan tersisih dan terang-terang disisihkan
kita adalah pemilik sah republik ini*)
tapi mereka juga yang menghabisi Republik ini

Andam Dewi
Sabtu, 17 Mei 2014
Pukul 06.40 WIB

*) Kita Adalah Pemilik Sah Republik ini adalah judul sebuah puisi Pak Taufiq Ismail