Skip to Content

Puisi Anak Negeri

Foto Soei Rusli

Aku bertandang satu tempat

Dari hulu arus bangkai-bangkai

Anak bangsa

Bayanganmu

Tergusur di rumah tak jendela

 

 

 

Dengan penunggu. Malam

Tenggelam gelam  terawang rembulan  

Adalah ibuku untuk pengaduan 

Telah pergi tak bernota

 

 

 

Bau amis dan busuk 

Jembatan kayu gantung

Rel kereta api 

Kau tak pernah berdusa. hanya lisan mimik wajah

 


Sepi syairku di jembatan rel kereta

Sebuah mimpi , buruk tak ada riak

Tutur gaib aku eja bintang. aku bukan mencari Tuhan

Mereka berkultur tidur

 

 

Sungai yang Berkaca hitam

Pasir tak hidup pada habitat dan mati  

Mencari mata air yang padam 

Bencana menghuntai dan membatai rumah bambu

Sumpah serapah haus


 

 

 

Berikan aku lewat

Di bawah bayangmu

Sore itu berdatangan anak anak. mentang tangan 

Minta sedekah 

Dengan karung gone di bahu

Inilah torehanmu. banyang umbul-umbul  sambung

 

 

Berlalu panggilan tuanku di Surau 

Tak ada penggajian  

Berlalulang tinggalkan kubah  

Memanggil 

Wahai neger suah sekarat pecahan ung Rupih

 

 

 

Bertanya

Berjejer merapat dan anrri 

Pergi sekapal entah kemana

Inilah gambaran yang suram

Wahai negeri adakah berkah

 

 

 

Aku sendiri meracik hidup yang senyawa 

Saru namamu wahai ibu 

Aku sekumpal darah terbuang 

Mencari sang entak di mana

 

 

 

Akulah pewarismu dunia 

 Dengan bayangan pada cermin retak

 Bersaut seruling lokomotif ditengah hari itu 

Pelistas kuda endak ke seberang 

Nyanyian mereka

 

 

 

Wahai rembulun

Aku penintal asa

Anak Negeri

Sujudku

 



Entah kabut,entah halimun yang pekat 

Sisi ladangku hilang dalam pandangan 

Rumput yang mati 

Bukan aku bersujut dengan matahari pagi

 

 


Aku takut murkamu

Bunyi musik bak dzikir menjawab  

Majelis yang sepi  

Mereka tertawa dan berpesta  

Arak di tangan

 


Para gadis tunduk seribu nikmat,ini buat kata mereka  

Tuanku teruskan Dzikirnya  

Bukan mereka tak ber agama  

Tuli mata dan hati

 


 

Lembayung hilang

Gerimis tak nyingkap bulan sabit

Aku tak kuasa, burung berhenti berkicau

Hujan di senja

Aku hanya pekelana

Dengar kicauan burung bertanda aku belum mati

 

 

 

 

 

Gurun 2014

 


@hce Soei Rusli

Komentar

Foto Hendry Sumarno

Terkadang koq sastra-sastra

Terkadang koq sastra-sastra lama sulit dipahami maknanya.. jika memungkinkan tolong dong terjemahannya.

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler