Skip to Content

puisi edy soge ef er

Foto Deo Helero

Puisi-Puisi  Edy Soge Ef Er*

 

PINUS

pada ladang embun hijau

dingin berkeriapan

dan di dadanya yang lapang

tumbuh pinus-pinus manis

yang matanya memandang langit

menengadah, berdoa

                        Senin, 11 September 2017

 

 

MENCARI EMBUN

aku mencari embun di bulan-bulan basah

musim hujan yang rajin melayat

duka derita orang-orang ladang

 

aneh, kutemukan dia di antara rintik-rintik

serupa ratapan serupa nyanyi, sunyi......

                                    Senin, 11 September 2017

 

 

 

 

 

 

 

 

MARAH

kita berciuman

di bawah rinai rindang santiji

ombak berdesir dari dekat sekali

cemburu pada bibirku yang merona gincumu

 

bibirmu terluka tergores puisi

lalu kau marah padaku

 

marah adalah ramah yang merah

berkibar di tiang tawamu

                        Senin, 11 September 2017

 

MAWAR

di atas meja belajarku

tumbuh mawar merah yang ramah

 

ia mencintai hujan

dan merawat air mataku

 

tengah malam aku berteduh di bawah kelopaknya

dan ia mengajarkan aku tentang keindahan

 

keindahan adalah Tuhan

yang sedang meyembuhkan matamu

menghangatkan alismu

                                    Senin, 11 September 2017

 

SELIMUT

hidup dalam kesunyian ini

ramai sekali dengan rindu dan kenangan

 

tidur-tidur malam

terlalu sulit memungut mimpi

 

selimut kenangan membungkus bau tubuhmu

aku terus ingin, dingin sendiri

 

ingin pulang sekedar terselip

di imut pelukmu

                                    Senin, 11 September 2017

 

 

 

CURHAT SEORANG TAHANAN

tengah malam di antara baris jeruji

ia bisikkan sepatah kata ini: semoga

aku tetap di sini supaya bapa presiden tahu

kalau Indonesia belum merdeka.

                                    Sabtu, 14 Oktober 2017 

 

 

 

 

 

 

DI ATAS BATU KARANG KUTULIS PUISI INI

di atas batu karang

di antara gemuruh pecahan ombak

di bawah matahari senja

kutulis puisi ini

 

kukenang sepuluh tahun silam

saat kau rebah memeluk tubuh

seakan berserah melepas segala lelah

seakan mengucap: “Aku tak bisa hidup tanpa kamu.”

 

ombak membilas pelataran pantai

angin menyapa rambutmu

rambutmu menyapu wajah  dan leherku

seperti sepoi-sepoi cinta yang menghanyutkan kita

 

tak ada lagi ketakutan

melepas pias segala berhembus

kita hidupkan laut jiwa dari tubuh

gemuruhnya lebih daripada ini, kita

tenggelam ke dalam dalam mahadalam

 

cinta adalah laut yang menghanyutkan

kita sedang berhati-hati, kelak

kau atau aku disantap badai: setia dan cemburu,

mencoba bertahan berarti siap dimainkan ombak: terombang ambing

 

ah, mengapa

di atas batu karang kutulis puisi ini

sendiri mencium aroma galeri cinta

rupanya kau tak bertahan, laut menghanyutkanmu, pergi...jauh...

 

di atas batu karang kutulis puisi ini

sekedar merapikan jiwa

menghembusi batin dengan kata

agar aku setegar karang seputih buih

 

                        Tanjung Bastian (14:20), 20 Oktober 2017

 

 

 

 

DI HADAPAN LAUT

di hadapan laut

di antara belain buih

dan sepoi deru ombak

kutemukan jiwa yang damai

hati yang memiliki puisi

damai...

abadi....

                        Tanjung Bastian, 16 Oktober 2017

 

 

 

 

 

KAGUM

Tuhan menggaris warna

di langit senja,

temaram agung, dan

aku karam di kaki langit

                        Tanjung Bastian, 17 Oktober 2017

 

 

*Edy Soge Ef Er, lahir di Hewa (Larantuka, Flores Timur), 27 Oktober 1996. Belajar menulis puisi sejak di Seminari San Dominggo Hokeng, Larantuka dan sekarang belajar filsafat di STFK Ledalero, Maumere. Menulis buku kumpulan cerpen “Jendela Sunyi” (2018). Nomor HP: 082119450638.

Komentar

Foto Deo Helero

puisi

sekedar berbagi

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler