Puisi-Puisi Edy Soge Ef Er*
DI KESUNYIAN ABAD INI
Di kesunyian abad ini
Aku belajar lebih tekun
Untuk berdamai dengan diri
Ledalero, 19 Agustus 2018
BULAN JAUH
Ada bait-bait rindu malam itu
Sendiri di luar rumah memandang bulan
Di bawah naungan dingin dan bayang-bayang cemara
Di luar rumah adalah kerinduan
Pintu terbuka melepas pergi
Lalu tertutup dan berulangkali diketuk rasa kangen
Rumah:
Bulan jauh yang purnamanya
Berpijar pada setiap sendiri
Ingin pulang, das Heimweh
Ledalero, 28 Agustus 2018
NARASI ALAM SEMESTA
(Mengenang gempa dan tsunami di Palu dan Donggala)
Pada carik-carik hidup ini
Alam menulis narasinya sendiri
Gaib dan teka-teki
Manusia tak mengerti
Tapi puisi ini aku tulis
Tatkala malam menyala beribu-ribu lilin
Di atas altar semesta, bumi ciptaan Tuhan
Agar dukacitaku menjadi penuh
Di bawah langit suci
Anak-anak Palu Donggala memandang puing-puing
Kain kafan yang memeluk ayah, bunda, dan famili
Mereka adalah buih-buih terhempas
Dalam tangis haru biru
Mereka dendangkan adzan dan melodi lonceng gereja
Berdoa dengan air mata yang berbicara dalam derai
Mangalir duka menggenang lara
Padang gurun Kadesh gemetar
Pohon aras Libanon terhempas
Palu Donggala terlantar piatu
Tuhan gunung batu bersemayam di atas air bah
Daulat alam Tuhan membangun dunia baru
Sebelum Yesus bangkit gempa bumi terjadi
Maka Tuhan melukis langit bumi baru
Di tanah Palu Donggala
Ledalero, 26 Oktober 2018
HUJAN
Bumi memiliki kesepian
Ketika terik mewarnai bukit-bukit tandus
Ketika rerumputan menguning lalu kering
Dan ranting-ranting melambai menyapa embun
Membunga lumut-lumut musim
Pada waktunya lapuk dan tanah memanggil air
Air di bumi rindu air di langit
Kisah cinta semesta alam
Laut bergelora cakrawala menggelegar
Apakah langit selalu tentram
Dengan purnama dan bintang kejora
Sedang duka bumi berlanjut, tsunami,tsunami
Tiada yang tahu cinta antara langit dan bumi
Rahasia gerimis adalah jembatan rindu
Yang memulihkan air mata kemarau bumi
Hujan adalah cara langit mengecup bumi
Hujan adalah sperma yang membuahi tanah
Tumbuh segala di sini
Hujan adalah cerita musim paling berkesan
Dari balik jendela manusia menyaksikan senggama
Terasa teduh ingin mandi hujan, ingin bercinta
Ledalero, 1 Januari 2019
KEGELAPAN
Kegelapan adalah kebebasan tanpa akal budi
Konflik tiada solusi
Kegelapan adalah kemanisan
Ziarah asmara
Masih remaja usiamu
Bagai bintang
Dikagumi banyak mata
Sekali waktu malam hari
Gelap gulita
Engkau dipeluk kekasih
Dipeluk dengan penuh kebebasan
Tak saling melihat tak saling memahami
Ledalero, 3 Januari 2019
CEMBURU
Di dalam diri kita
Berkeriapan rumput kering
rantik-ranting kering
kayu-kayu kering
yang sekali waktu terbakar
Demikian cemburu
Kebakaran di musim kering
Ketika manusia merasa diri tak berharga
Ledalero, 4 Januari 2019
MALAM ITU KAU MENUTUP PINTU
Malam itu kau menutup pintu kamar
Tidur sendiri dan aku terlempar dari
Rasa saling percaya dan pengertian.
Tempat tidur yang selalu mendamaikan
Sepasang manusia yang saling mencintai
Kau ciderai dengan salah paham. Terpaksa
Matamu bergetar aku terpukul.
Di meja tamu aku letakkan secarik pesan:
Jaga anak-anak karena merekalah bahagiamu.
Aku pergi ke rumah yang bukan rumah kita.
Belajar mencintai yang sulit dicintai
Sudah jauh dan kau menangisi
Diri membiarkan pintu terbuka siang malam
Aku hanya fajar angin yang mengibas kain jendela
Kau disejukkan lalu tertidur tanpa seorang suami
Malam itu kau menutup pintu
Mengunci kejujuran sendiri
Dan aku tak sanggup tinggal
Di dalam kebohongan yang dibuat-buat
Ledalero, 6 Januari 2019
PERIHAL UANG
Perihal uang siapa yang tidak kecanduan
Uang adalah pesawat tanpa sayap yang sanggup membawa engkau pergi
ke mana-mana engkau suka. Dan penerbangan ini engkau rasakan sebagai fly yang mutlak. Ke dalam neraka juga engkau anggap baik-baik saja.
Perihal uang siapa yang sanggup menolak
Uang adalah raja tanpa makhota yang pada waktu tertentu menjadi diktator
dan lalim yang lalu memimpin engkau ke medan perang tanpa kemenangan.
Kalah dan gagal adalah nikmat yang mengikat. Banyak orang tunduk
dan hanyut oleh hasut, oleh suap, oleh usap-usap milioner.
Meski demikian, uang tak sanggup membayar sebuah puisi.
Ledalero, 7 Januari 2019
PERNAKAH
Pernakah cemara menggugurkan air mata
Ketika ranting berdaun patah lemas?
Pernakah kamboja berduka
Ketika pemakaman diiringi doa dan air mata?
Pernakah langit rindu datang ke bumi?
Pernakah engkau jujur melukai dan ikhlas mengobati?
Pernakah kita ajak Tuhan dalam peperangan?
Pernakah...........
Ledalero, 9 Januari 2019
HANYA PANDANG HANYA KAGUM
Pada lereng-lereng curam dan dinding-dinding
Tebing yang tajam kembang manis Asia
Melambaikan gairah keindahan merah jingga
Yang daun-daunnya direciki cipak air terjun
Dan kelopaknya bergetaran panorama alam cinta
Bagai bulan jauh di langit yang tak sampai dijangkau jemari
Aku hanya memandang aku hanya kagum
Jalan ini meniti padang ilalang gunung bukit jauh
Lewat pula tamasya gurun pasir yang kesepiannya
Lebih pedih daripada kehilangan
Sungguh aku seorang diri berkawan burung gagak
Yang kebebasannya melampaui kemerdekaanku
Dari kejauhan aku lihat gemerlap kota
Masih sendiri di bukit ini
Hidup terpisah dari keluarga
Meninggalkan asmara
Maka aku petualang yang dahaganya dipuaskan puisi
Hanya pandang hanya kagum
Tak sempat kupetik bunga genggam jemari
Hidupmu hidupku terlampau berbeda
Ledalero, 11 Januari 2019
JALAN HIDUP
Sudah ke hilir
Sudah lambai
Jauh arung laut
Lepas lintas udara
Dan suatu hari gelisah
Duduk renung
Di pesisir laut
Ingin mudik
Tapi cita-cita
Bukan dukacita
Bertahan pada pasang-surut
Supaya nanti berlabuh dan nyalakan mercusuar
Ledalero, 12 Januari 2019
PERPISAHAN
Perpisahan adalah cinta
Yang berhasil tinggal dan pergi
Keduanya sama-sama menyakitkan
Sama menyembuhkan
Demikian mencintai
Memeluk dan merelakan pergi
Ledalero, 16 Januari 2019
BISIK-BISIK GERIMIS
Bisik-bisik gerimis rinai nostalgia
Mencumbui daun padang rumput
Aku dingin di beranda
Bercerita dengan cangkir kopi
Sambil dengar syair-syair musim
Bisik-bisik gerimis
Aku ingat tubuhmu yang basah dan dingin
Ledalero, 28 Januari 2019
SENDIRI (I)
Kabut di bumiku
Sayap-sayap salju di rindumu
SENDIRI (II)
Menakar janji
Dari biang segala rindu
Ledalero, Januari 2019
KATA SI SAKIT
Cukup sudah tutur bertubi
Sudahkan kata dari bicara
Sebab lidah tak bertulang
Tak cukup kuat menopang rasa sakit
Jika masih sayang betul
Cintailah aku dengan tangan dan kakimu
Peluk aku lalu bawa pulang
Ledalero, 5 Maret 2019
PUISI
Archer fish
Menembak hatiku
Jatuh dan tenggelam
Ledalero, 12 Maret 2019
*Edy Soge Ef Er, lahir di Hewa (Larantuka, Flores Timur), 27 Oktober 1996. Belajar menulis puisi sejak di Seminari San Dominggo Hokeng, Larantuka dan sekarang belajar filsafat di STFK Ledalero, Maumere. Menulis buku kumpulan cerpen “Jendela Sunyi” (2018). Nomor HP: 082119450638.
Komentar
Tulis komentar baru