Mawar Ungu di Pintu Gurun
oleh edi sst
Ketuk-ketuklah pintu itu
Biar angin berhembus meniupkan lagu
Dari celah pintu yang berderit—begitu berkaratkah?
Rahmat gurun di sana pun tetap tertumpah
Apa yang kau eja sebenarnya?
Ketuk-ketuklah pintu itu
Tak usahlah bersolek, kau tetap molek
Biarlah keringatmu jadi parfum, juga air matamu
Tahukah kau, malaikat diam-diam meninggalkan
Sehelai bulu sayapnya di sela retakan thabuk masjid tua
Agar dia bisa mengambilnya kembali—dengan diam-diam pula
Ucapkan salam. Dia menunggu cintamu yang meladam
Bersama lembar wajah ovalmu berkerudung kelabu
Sepucat mawar Tabriz, bukan kuning tapi ungu
Nah, apa sebenarnya yang kau wiridkan?
Seberapa berdesirkah dadamu
Ataukah sekadar berputar bola mata
Ketika suara terus berdenging di ceruk telinga
Dan di cermin terpantul wajah entah siapa
- Ingat, roda gila itu menghantam segala!
Semarang, September 2012
Komentar
Tulis komentar baru