Skip to Content

Puisi-puisi AKU

Foto Hakimi Sarlan Rasyid
files/user/8241/DSC_0920.JPG
DSC_0920.JPG

 AKU ADALAH CINTAMU  

 

(suaraku) aku tak tahu kamu tapi aku sadar benar sedang berenang

dalam lagu cinta yang kita miliki

lagu sederhana dalam rentangan dua tangan

siapa gerangan yang berkata dekaplah

 

aku mendekap dalam hening

memandang hitam putih yang bening

tak ada huruf yang bisa kubaca

namun kalimatnya jelas pada binar sinar matamu

tajam menghunjam jiwa masuk merasuk kalbu

dalam bisumu aku mendengar pernyataan dan ancaman

 

(suaramu) aku adalah cintamu

cinta yang dinginnya akan membekukan darah

cinta yang panasnya akan menghanguskan tulang

kita sedang dan akan terus berenang dalam api rahasia

satu kata saja lepas

dunia akan tenggelam dalam ombak menggulung

luluh lantak semua putih lepas

 

(suara kita) mari kita simpan rahasia dalam ruas bambu

yang pantang recah sebelum dibelah

mari kita simpan rahasia dalam taring ular berbisa

yang pantang terbersit sebelum mematuk

 

atau simpan pada kelopak melati

yang hanya jatuh jika memang telah layu

atau kita simpan dalam hati

kita jaga dengan pagar cinta yang kita miliki

 

201511292040 Kotabaru Karawang

 

 

AKU BELUM BISA MENULIS LAGI                

 

beberapa hari telah aku lewati sambil mencari

aku kehilangan kata yang dengan kata itu

sesekali aku menggubah puisi

namun tak kutemukan sampai hari ini

kata dimana engkau sembunyi

gundah gulana hati

kau tak menampakkan diri

 

empat hari yang lalu

aku mencarimu pada kelopak melati

 

tiga hari yang lalu aku menelusuri

jejakmu pada kelopak cempaka wangi

 

dua hari yang lalu aku mengintaimu

pada kelopak kemuning putih berseri

 

kemarin aku mencari

pada kelopak adenium saat tengah hari

 

dan hari ini aku tak tahu lagi

kemana aku harus mencari

 

sekelebat aku melihatmu

pada daun kering yang jatuh ke comberan

aku bergegas ingin menangkap

tapi kau tak kudapatkan

 

lengkaplah sudah risauku berkepanjangan

tiada huruf tiada kata tiada kalimat

yang bisa aku tulis

lebur dalam sunyi lebur dalam senyap

lebur segala kenangan terkikis habis

 

aku masih berharap engkau datang bersama hujan

yang datangnya entah kapan

kering bibirku kering lidahku

kelu menunggu

 

 

201510271048_Kotabaru_Karawang

 

AKU DI HALAMAN SEKIAN (1)

 

Di teras di dua kursi kita bicara

Tentang apa dan mengapa

Di teras di dua kursi kita saling tatap

Kita bicara tapi hati tenggelam dalam sunyi senyap

 

Aku bercerita tentang pelabuhan

Tempat di mana tali kapal akan kau tambatkan

Aku ada di sana seperti dulu

Aku hanya kelasi yang hanya bisa menatapmu

 

Simpanlah kenangan tentang hari ini

Hari kita duduk berdua di dua kursi

Hari kaugenggam tanganku dengan hati

 

Nanti jika kapalmu sudah tiba di pelabuhan

Dan kau membuka lembaran kenangan

Mungkin masih ada catatanku di halaman sekian

 

201612300550 Kotabaru Karawang

 

AKU DI HALAMAN SEKIAN (2)  

 

Kelasi itu menyimpan luka melihat kapal bongkar sauh

Layar terkembang dan haluan sudah menantang gelombang

Sang kekasih akan pergi berlayar jauh

Di dermaga kelasi luka menatap lelah lesu memandang

 

Kekasih menggenggam tangan dengan hati

Membuka kembali lembaran kisah di dua kursi

Anak rambutmu jatuh di pipi

Kali ini kau yang berkata. “Tunggu dulu, jangan pergi.”

 

Aku ingin membuka rahasia siapa aku siapa engkau

Biar dunia tahu betapa indahnya kisah kita

Yang telah terkubur dalam banyak tumimbal lahir

 

Tapi aku tak ingin hatimu risau

Biarlah rahasia terkubur sebagai rahasia

Aku tak ingin keindahan kisahnya berakhir

 

201612301813 Kotabaru Karawang

 

AKU INGIN TIDAK LELAH  

 

Waktu terasa menjamah

Bagai anak panah melesat lewat kisah demi kisah

Kisah gundah kisah resah kisah gelisah

Waktu berjalan menyapa dahan dan ranting yang patah

Dan pohon-pohon yang rebah

 

Aku ingin tidak lelah

Aku ingin tangan dan hatiku tetap bisa menengadah

Aku bagai camar yang terbang

Sayapku semakin lemah mengepak di atas gelombang

 

Tak menemukan pulau di mana aku akan hinggap

Aku sedang berada dalam lorong gelap

Aku bimbang aku hilang harap

Aku terperangkap dalam senyap

 

Bulan sabit tanggal tiga syawwal terlihat lagi

Di barat langit malam hari bersama sunyi

Bersama sepi di lereng terjal di sisi tebing hati

 

Ini aku di sini masih menyebut namamu meski merasa tak pantas

Apakah aku sedang menunggu kasih sayangmu yang tak berbatas

atau aku berada dalam pelukan kasih sayangmu dalam helaan nafas

 

pada bait terakhir ini ingin aku katakan

aku sudah siapkan papan aku sudah siapkan kafan

aku sudah siap dimandikan aku sudah siap diantarkan

ke rumah masa depan yang bernama kuburan

 

201507231235 Kotabaru Karawang

 

AKU KEMBALI PADAMU  

 

Aku berpaling darimu sedetik

Mencari rindu dari binar mata gadis

Mencari rindu pada saat mata melirik

Mencari rindu pada hitam dan tebalnya alis

 

Aku berpaling darimu sedetik

Mencari rindu pada celah dan lembah

Mencari rindu pada bulu mata lentik

Mencari rindu pada mata gadis gelisah

 

Aku berpaling darimu sedetik

Menukik tajam dari cinta mahaluas

Menghunjam menggumam bermain nafas

 

Aku berpaling darimu sedetik

Dalam sedetik cinta berbalas

Menembus langit melintas batas

 

201610172208 Kotabaru Karawang

 

AKU KEMBALI RINDU  

 

tasbihmu di tanganku

memadamkan api

aku kembali rindu

lalu rinduku kujadikan puisi

 

201512092247 Kotabaru Karawang

 

AKU KEMBALI  

 

Aku benamkan asmaradahana ke dalam salju biar beku

Aku dari wajah sayu berpedng tajam berpaling

Aku kembali kepada semesta keindahan wajahmu

Aku kembali berdamai dengan bening dan hening

 

Aku bukan pengemis terbaring di jalan karena lelah

Aku bukan kapuk melayang dari buah kering yang belah

Aku bukan tiang bambu lapuk dimakan tanah basah

 

Aku berdiri berlari kembali di jalan setapakku

Aku menebas semua kisah dan menghapusnya tanpa ragu

Aku menumbuk semua cerita dari batu menjadi debu

 

Aku benamkan asmaradahana ke dalam salju biar beku

Aku kembali mengasah pandang mengukur kenangan dahulu

Aku kembali mengasah dengar musik surgaku

Aku kembali mengasah kalam untuk bicara dalam bisu

 

201709282238 Kotabaru Karawang

 

AKU KUNCI AKU PINTU

 

Aku kunci dengannya siang aku bersunyi-sunyi

Memeluk tanah air angin dan api

Aku kunci dengannya malam memamah sepi

Tapi tetap saja aku tidak bisa sembunyi

 

Allah tanpa alif lillah

Lillah tanpa lam lahu

Lahu tanpa lam hu

 

Jika ditanya hu dimana singgah

Aku jawab hu disitu

Dan disitu aku menunggu waktu

 

Aku pintu dengannya aku menyimpan rahasia

Tentang pertanyaan yang tak terjawab

Ini jasad dimana ruh dimana jiwa

Mana yang jadi akibat mana yang jadi sebab

 

202007020607_Kotabaru_Karawang

 

AKU MABUK AKU  

 

tak usah kau sebut tak usah kau tunjuk aku tahu

aku mabuk aku mabuk aku mabuk

aku mabuk air cinta aku tenggelam di dalamnya

jangan usik aku biarkan aku mabuk

karena dalam mabukku aku bisa memeluk mesra

aku tenggelam dalam dekap kerinduannya

dalam lautan kata aku katakan kepada dunia

cinta dan rindu itu satu seperti kepak dan sayapnya

sama, mana mungkin aku pisahkan manis dengan madu

mana mungkin aku pisahkan ruas dan buku

 

tak usah kau ucapkan aku tahu aku mabuk

aku mabuk aku mabuk mabuk rindu

serbuknya kuisap sambil menyelam dalam samudra hu

maka bekulah darah remuk redamlah tulang

putus nadiku hancur dagingku kulitku hangus

maka akupun tidak menjadi apa-apa

 

mabukku parah mabukku bikin aku lupa arah

di mana ba di mana sin di mana mim

 

mabukku bikin aku gila cemas berharap

bertemu dalam kejap demi kejap

bertemu terang dan gelap

bertemu ramai dan senyap

 

tak usah kau sebut tak usah kau tunjuk

aku benar-benar mabuk tiap malam suntuk

aku tak tahu di mana kantuk

 

biarkan aku mabuk jangan kau usik

menelan semesta titik dalam satu titik

 

201604281851 Kotabaru Karawang

 

AKU MABUK  

 

Tangga lepas dari kaki telapak tidak di bumi

Cakrawala kembali sepi

Kembali kepada yang bertenya

Tentang dzatnya sendiri

 

Sepi adalah ujung duniaku nanti

Engkau meninggalkan aku di puncak bukit sunyi

 

Tanganku menggapai

Tak sampai

 

Denging telinga desir darah degup jantung desah nafas

Berlomba dengan rindu

Rindu hanya kepada sebuah titik

 

Cakrawala telah penuh kepul debu lariku

Lalu aku dendangkan lagu menghibur diri

 

Diberi masa aku mengenyamnya

Diberi waktu aku mengunyahnya

 

Aku berpesta dalam miskin kaya

Aku tertawa dalam sedih gembira

Aku mabuk dalam tutup buka

 

198700000000 Kotabaru Karawang

 

AKU MENANGIS MALAM INI  

 

Apa yang harus aku katakan selain berangkatlah

Kau telah memilih jalan dan kepadaku kau tidak bicara

Ke mana lagi telunjuk tua ini harus menunjuk arah

Karena atas setiap arah kau anggap itu dusta belaka

 

Aku hanya khawatir kau akan menoleh ke belakang

Bertanya lagi kepadaku tentang ayat-ayat langit

Yang aku bacakan padamu dan kau menolaknya

 

Saat takdir menyeretmu dan kau tak bisa keluar kandang

Kau menjerit menyeru langit  menahan nyerinya sakit

Kau menggigit bibir menyesali jalan cerita

 

Berangkatlah jika dan karena ini adalah keputusan

Tak ada lagi nasihat tak ada mantra tak ada do’a

Saat tiba aku di sini dan kau di sana tak ada lagi jembatan

Ini adalah tarik ulur adat ajar yang penuh rahasia

 

201709272324 Kotabaru Karawang

 

AKU MENUNGGU ENGKAU BICARA  

 

(laguku dahulu)

Ya, bila rindu yang utuh berlabuh pada cinta yang sesungguhnya

Disitulah keseimbangan dusta dan kejujuran

Keseimbangan yang melenyapkan semua pasangan

Pengembara menghentakkan langkahnya dan berbisik

Oh, dengan, dengan ada maka ada dengan tidak maka tidak

 

(laguku sekarang)

Tidak. Karena rinduku tidak utuh

Rinduku rindu lusuh rindu yang hanya separuh

Rindu yang selalu berakhir dengan keluh

Rindu yang masih menjadi air mata ketika bersimpuh

 

Tidak, aku masih ingin bermain denganmu

Dengan do’a engkau kucumbu kurayu

Meminta pagi abadi dan senja jangan tiba

 

Jantungku berdegup menghentak tanganku gemetar

Darahku menggelegak panas membakar

Dan engkau menjadi kecil dalam pelukan

Ini bukan mimpi ini bukan lukisan

 

Melati masih putih kemuning masih putih

Hujan masih turun bumi jadi basah

Aku menunggu engkau berkata

Peluklah aku

 

201601251646 Kotabaru Karawang

 

AKU PUISI ITU AKU  

 

Seratus prajurit melilit tubuhku dengan kawat berduri

Lalu karenanya kulit dagingku robek berdarah-darah

Meski tak punya arti aku akan tetap berpuisi

Untuk puisi akau mencetak diri untuk tidak menyerah

 

Ke tubuhku seratus pedang ditebaskan

Lalu karenanya tubuhku menjadi serpihan

Meski tak punya arti puisi tetap kugumamkan

Untuk puisi bagiku tak ada batas perjalanan

 

Beringas moncong senapan dikulumkan ke mulutku

Pelatuk ditarik meledak hancur kepala

Meski tak punya arti kepada puisi aku tetap rindu

Untuk puisi aku akan berhenti jika mati yang bicara

 

Aku diikat erat-erat dibakar abuku dibuang ke laut

Aku tidak akan pernah gentar dan tak akan takut

Seribu masalah menghantam jiwa dicipta jadi kemelut

Untuk puisi meski tak punya arti ruhnya tak akan larut

 

Sembilanpuluh sembilan bidadari bugil telanjang

Menarikku gemas bercumbu bermalam panjang di ranjang

Meski tak punya arti aku tak akan pernah bimbang

Untuk puisi meski tak punya arti aku akan tetap garang

 

Dalam puisi aku bernafas dengan puisi aku bernafas

Dengan puisi kujejak bumi kupeluk langit biru

Hilang gentar hilang resah hilang takut hilang cemas

Karena aku adalah aku dan puisi itu aku

 

201707190959 Kotabaru Karawang

 

AKU SEMAKIN TAKUT  

 

seribu lagu selaksa nada seketi syair

sejuta madah telah kutulis pada air

pada api pada angin pada tanah pada pasir

pada alun pada gelombang

tapi bimbangku tak pernah kurang

 

dengan sejuta warna bumi kubalut

kubalut gunung dan laut

tapi aku semakin takut

semakin takut

 

aku berlari mengejarmu dalam terang dalam gelap

dan engkau datang menghilangkan semua pengap

 

kulihat engkau di pelaminan

ketika kulihat mempelai sembunyi-sembunyi

meremas jemari

 

kulihat engkau senyum di jalanan

pada wajah kering terbakar

 

dalam sejuta galau

aku melukis tentang engkau

 

200800000000 Kotabaru Karawang

 

AKU TAK AKAN MELARANG KAU MINUM  

 

Pertama aku pateri bibirku untuk tidak senyum memelas

Ketika mendengar kabar kau membawa sebuah gelas

Lari membabi buta mencari air pancuran emas

 

Beberapa hari yang lalu kudengar kabar kau di utara

Mencari tapi kau malah lupa air yang kau bawa

Air milikmu sejak lahir ke dunia

Tirta pawitra

 

Lalu kudengar kau ada di timur

Berlari menghabiskan umur

Dari subuh ke subuh lagi mencari sumur

 

Ada berita kau ada di barat

Berlari melompat meloncat hampir sekarat

Aku ragu tentang air yang kau dapat

 

Kudengar kau ada di selatan

Tak berkedip berpikir mamandang lautan

Apakah ini air kehidupan

 

Aku pateri bibirku untuk tidak tertawa

Mengingat dulu karena air juga aku gila

 

201606262124 Kotabaru Karawang

 

AKU TAK BISA MEMILIH  

 

Sedih bukan pada bulan tapi pada hati yang merintih

Akan ada perisahan dan aku tak bisa memilih

Hati akan teriris dan lukanya akan terasa sangat pedih

Lantangku akan hilang suaraku berganti menjadi lirih

 

Dalam lirih aku berharap masih bisa kubisikkan

Empat patah kata pertanda wujud cinta yang mahanyata

Dan tiga kata saksiku menjadi utusan

Betapa kecil dan hinanya aku dalam semesta

 

201703052259 Kotabaru Karawang

 

AKU TERBAKAR HANGUS  

 

aku bermimpi terbangun di sebuah negeri

yang rajanya memberi hadiah emas berpeti-peti

kepada siapa saja yang bisa menyanyikan lagu-lagu indah

tentang panen yang melimpah

 

dan para petani yang sedang panen jagung

tangan mereka ditebas buntung

 

aku bermimpi terbangun terbangun di sebuah negeri

yang percaya garis-garis pada kikir adalah gigitan tikus

dan orang bodoh yang membuat roti

dipancung dituduh rakus

 

badak dikitik-kitik agar bersuara seperti itik

angka diutak-atik nilai dan kenyataan jungkir balik

orang tua senang anak-anaknya menelan dusta

anak-anak tersenyum meski mata ditusuk buta

 

aku bermimpi terbangun di sebuah negeri

yang orang butanya berjalan tanpa tongkat

dan yang melek tak bisa melihat mana jelek mana bagus

di antara mereka aku terbakar hangus

 

201809122235 Kotabaru Karawang

 

AKU TIDAK AKAN MELONGGARKAN DEKAPAN  

 

Jangan longgarkan dekapanmu tetaplah erat memeluk

Tumpahkan habiskan keringkan cawan cintamu jangan ada sisa

Tuang berkali-kali penuhi lembah jiwa hausku sampai aku mabuk

Ini awal malam subuh masih jauh sampai pagi kita berdua

 

Biarkan angin mega bintang pasir batu bisu bertasbih

Lidahku lidahmu jangan pernah kelu melumat ayat

Sukma meraga aku gambarmu kita jangan berkata letih

Cinta dan segala rindunya kita baca bersama dalam semua surat

 

Kita mainkan empat tiga duabelas seratus empatpuluh empat

Lima enam empatbelas tujuhbelas duapuluh sembilan

Enam enam enam enam enam dua tiga enam

 

Malam sedang berjalan mari kita berpelukan erat

Melahap cinta mendaki menuju puncak kenikmatan

Kita tutup semua pintu dan jendela dengan kalimat salam

 

201610072207 Kotabaru Karawang

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler