TARIAN TEROMPET
Di luar, orang-orang berpesta
Seperti ribuan terompet yang berloncatan di jalan
Meneriakkan jiwanya yang terbakar keliarannya sendiri
Hingga hangus arang selepas dari pasungan waktu
Sekalipun dari celah retak matanya terbaca
Akan sepercik kegetiran pada matahari
Saat terbangun dari ekstase, hingga
Mereka rasakan kubur di kebalauan kota yang
Paling senyap dari segala bentuk penjara
Cilacap, 2017
AMSAL JAM DINDING 1
Sebagaimana jarum jam
Lelaki memburu angka demi angka
Sampai ada yang terbaca, bahwa
Hidup hanya berbenturan dengan ruang kosong
Sepanjang jalan setapak menuju kampung halaman
Di mana kekasihnya menunggu bergaun perak
Dengan sepasang tangan merekah sebentuk mawar
Baginya yang tak ubah kekupu
Merindukan samadi kepompong
Dalam neng-ning-nung di setiap detak jam
Cilacap, 2017
OBSESI BUAH APEL
Menitipkan salam merpati pada kepak jam yang
Bergegas meranumkan apel di musim panen
Di mana bakal kita bagi sebelahan-sebelahan
Sebagaimana Adam dan Eva
Atas nama ketelanjangan arogansi langit
Sebelum matahari dimuntahkan dari rahim pagi
Bersama tangis anak pertama
Biarlah paroh apelku paroh apelmu baginya
: Raja kecil berparas laut bermahkota mutiara
Dari mata air kita muasal cinta
Cilacap, 2017
SESUDAH PERPISAHAN SIANG ITU
Sudah diserahkan Ellyza pada laut: ibu yang
Mengajarkan gelombang terbakar matahari
Hingga karang sebagai ayahnya
Di mana, air mata niscaya dikristalkan
Sebentuk mutiara dari lepuh musim kemarau
Di dalam kitab penyair Achmad
Janji telah disuratkan pada puisi: pelabuhan
Penuh gairah melati, di mana lelaki berjubah safir
Niscaya merentangkan sayap merpati
Bagimu Ellyza yang bakal pulang
Untuk menggembalakan angin pantai pagi hari
Cilacap, 2017
Komentar
Tulis komentar baru