Skip to Content

Puisi RD.Kedum

Foto RD.Kedum

DESAH YANG TERKUBUR

(Nuh. As dalam renungan-Oscar Amran-RD.Kedum)

 

Ketika secangkir derai datang

masihkah kita berkhianat pada kebenaran dan menampiknya?


Takkah terbuka mata hati kita

Ketika derai-derai itu menelaga

memusar di antara keangkuhan gagah

dunia pun terperangah dan membalut sang raja dengan suka

 

Kita yang sering meragu dan lupa bahwa titah dari kuasa

saat setetes pertanda menimpa

hanyut dalam pujapuji keagunganNya

Keangkuhan kembali

berpesta setelah mata tertidur lelap dininabobokan kefanaan

 

Ingatkah pada bahtera Nuh?

kemudiaan ditenggelamkannya dan tidak ada lagi tempat sembunyi

 

Hari ini matahari menyembul dari lumpur

dan bias kabut beringsut surut

lupakah kita?
lecah wajah basah

desah istighfar terkubur

 

/Bojong-Lubuklinggau 2013

MENYEPI

 

 

Kugamit  langit dan awan

Agar turut menepis banyangmu yang turut berlari

Sebab kuingin;

tak secuil tentangmu menyuntingku

atau turut mengotori catatanku

 

Di pelataran Cengkareng  yang rimbun sepi

kubasuh

bersama rinai yang datang pagi hari

dengan langkah pasti

aku ingin sendiri

menyepi

 

 

/Cengkareng, 11 Februari 2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

MENGABU HARU

 

 

Terpaku pada laman menghampar

berserak  dalam catatancatatan

tentang hitam putih yang mengabu haru

 

Selembar daun kering menyapaku;

irama tasbih menyayat

menjelangku dengan syahdu

baik, kan kukuas dengan lekat jari

lalu ku ubah  mimpi

 

/Rawamangun, 11 Februari 2013

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

HILANG

 

/1/

Masih tersisah landap luka

 mencabik rasa

bernanah

 

/2/

Masih terdengar denting waktu

Menguras risauku

Menyembilu

 

/3/

Masih terasa desau angin

Liris

 mengiris

 

/4/

Oh

Landap luka mendesing berdenting mendesau risau

Simpangsiur mencabikcabik rinduku

Irismengiris menyembilu

Balurmembalur menjadi satu

 

/5/

sabit tlah berpulang ke purnama

bergenggamgenggam sendu membirumu mengggamitku

kemana?

ketika aku menjerit sakit

menggapaigapai jemarimu yang tak pernah luluh?

 

/6/

Jendela jingga ‘sweet home’  tlah punah

Hangus pupus

seiring diammu yang dingin beku

memberangus rinduku jadi debu

kaku

 

                     /Leon Air-Langit Cengkareng, 11 Februari 2013

KEMANA

 

Sepoi kotamu yang berdebu

Berpacu riuh;

serak pengamen

tukang panggul

asongan

dan kernet nakal

berjejal

mencakar langit gerimis

 

di sisi jalan situa menyeringai

berbukus kain kumal

menyapa lalulang 

 

tak paham kemana waktu kan membawa pergi

seperti langkahku yang kerap terhenti

 

/Terminal Rawamangun, 11 Februari 2013

DESAH YANG TERKUBUR

(Nuh. As dalam renungan-Oscar Amran-RD.Kedum)

 

Ketika secangkir derai datang

masihkah kita berkhianat pada kebenaran dan menampiknya?


Takkah terbuka mata hati kita

Ketika derai-derai itu menelaga

memusar di antara keangkuhan gagah

dunia pun terperangah dan membalut sang raja dengan suka

 

Kita yang sering meragu dan lupa bahwa titah dari kuasa

saat setetes pertanda menimpa

hanyut dalam pujapuji keagunganNya

Keangkuhan kembali

berpesta setelah mata tertidur lelap dininabobokan kefanaan

 

Ingatkah pada bahtera Nuh?

kemudiaan ditenggelamkannya dan tidak ada lagi tempat sembunyi

 

Hari ini matahari menyembul dari lumpur

dan bias kabut beringsut surut

lupakah kita?
lecah wajah basah

desah istighfar terkubur

 

/Bojong-Lubuklinggau 2013

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler