Skip to Content

Purnama Bertanya

Foto Jabrik

 

Sahabatku.. aku sebenarnya sungkan menulis surat ini padamu.. namun serpihan purnama memaksaku untuk menggoreskan kata demi kata di lembaran putih ini.. aku melihat raga ini bukan yang kau knal dulu.. sama halnya ketika kau melihat seekor ulat di daun murbay itu, beberapa saat kau berpaling kewajah senja dibarat cakrawala maka ulat itupun menutup dirinya dengan benang halus penghias jubah kebesaran para penguasa.. engkau pasti enggan menyentuhnya, karena hal itu begitu asing bagimu.. dan ketika kau pergi meninggalkan ulat itu untuk mengusung dunia dikehidupanmu sendiri, maka ulat itupun akan berdiam disana dengan sejuta keheningan yang melanda dirinya.. dan ketika kau kembali lagi di pohon murbay itu, maka kau tidak akan menemukan ulat dan rumahnya yang kau kenal kemarin.. yahh ulat itu akan terbang berputar dikepalamu dengan kepakan sayap sayap halusnya.. itulah aku sahabatku.. akulah ulat itu..

Aku mendengar keberangkatanmu sebulan yang lalu.. terlintas olehku sejuta harapan yang terpahat di tawa tawa manis penantimu.. mengobarkan api yang hampir padam didirimu yang pernah kau kisahkan padaku.. terbayang juga dalam benakku lelahnya kau berjalan sendiri tanpa aku dan sahabat2mu di lembah kehidupan itu.. namun akhirnya kaupun bisa melanjutkan perjalanan itu mengikuti guratan nasib.. Itupun yang terjadi pada ayah ayah kita dahulu, yang tetap tegar dan kuat melanjutkan perjalanan yang sampai akhirnya melahirkan barisan senyum penuh harapan.. itulah kita.. kitalah senyum penuh harapan itu..

Sahabatku.. ingatkah kau saat aku terjerembab di lubang kenyataan itu.. memang kau tidak bisa berbuat apa2 terhadapku.. kau mematung bagai gugusan bukit di timur matahari yang terhampar kokoh menyambut musim di khatulistiwa ini.. aku pun hanya dapat memandang bukit itu, bercerita tentang sakitku pada seluruh penghuninya dan melepaskan sgala beban yang terbias dihatiku pada puncak kabutnya.. tapi setidaknya Sahabatku.. Aku tak sendiri saat itu.. masih ada mata lain yang melihat keterpurukanku.. masih ada telinga lain yang mendengar kesahku.. masih ada hati yang lain yang merasakan sakitku..

Sahabatku.. aku yang sendiri disini bertemankan seribu tanya tentang dirimu.. bersandingkan hati yang setia menemani suka dan sedihku dan berselimutkan asa yang tidak sempat terkecap oleh lidahku.. hanya ingin kau tahu bahwa.. Purnama telah menyapa Ulat ini untuk bertanya tentang kabarmu..


ditulis oleh Jabrik pada: 12 Oktober 2011 jam 1:27 ◄

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler