PUTIH ABU-ABU
Terangkai cerita di mimbar itu
Pagi yang cerah memberi salam pada kita
Tertitih kaki mendaki gunung cakrawala
Kita bercerita berbagi warna
Wajah-wajah lama berpadu
Wajah baru ikut menyatu
Teramat indah
Sihir sang nenek seolah mengatakan
“Kita sama dan kita satu”
Tak ada bilik pemisah
Begitu erat
Suara yang teramat dusta tuk dilupa
Putih abu-abu menjadi saksi kita
Dalam ayunan sanubari sebongkah kisah
Terbesit di benak enggan berpulang
Senja dan sore berlari
Jalan mulai beragam
Pilihan membingungkan berderet menyapa
Jejakan kaki terdengar menggebu
Dari taman bunga, dia menyerbu
Dan salam api terdengar lagi
Setelah sekian lama sembunyi
Petang, aku mengingatmu
Sembari duduk menikmati kopi
Wajah-wajah itu melayang
Terbawa kupu-kupu kabar petang
Retak tangan ini menggapai
Sampai pula, sekejap aku mencium tiada henti
Merindu berkepanjangan
Terputus petang itu
“Kawan-kawan di sana, suatu saat nanti bisakah kita bercengkrama dengan waktu?
Meluangkan waktu, bercumbu kata sekejap mata, bercerita ada apa di sana. Dan
segelak tawa tak canggung kita berbalas.”
Komentar
Tulis komentar baru