Skip to Content

Riak Ombak Mata

Foto Steven Sitohang
files/user/3318/tear_of_the_sky.jpg
tear_of_the_sky.jpg
Percik api itu sengaja dinyala,
Seuntai sumbu dengan temponya mulai mendesis, menderik.
Nuansa hampa dibius gelisa,
Lepas dari ancang busur, panah-panah berontak memutar balik.
Dalam paduan pucat pancar cahaya bulan

Satu pasti menemui, papasan inti,
Naluri menggali dan mendengar dan pada tugas akhir menyimpuli.
Mata waswas bersama kening mengkerut,
Dentuman-dentuman mulut merahi angkasa, diatur oleh kawan membelut.
Kepengapan terasa, dan cepat mengamuk ledakan hebat dalam dada!

Lama, perisai kemarahan ini menahan,
Di atas lumpur tebal, sering dihujani tiap liur mulut kotor,
Membanjiri, dan menderai dari pantai ke pantai.
Layar kapal tak mampu kemudi, berputar, tertiup kencang dari tenggorokan badai,
Tak mengenal irama!
Angin menampar-nampar!
Halilintar menyambar!
Mata melepas pandang, mengambang di kengerian laut pasang,
Hilang di bawah awan curam, deru topan berganti sepi.
Ombak beriak tak tertahankan, dengan lambat, mutiara bening menggelinding,
Jatuh ke pipi bumi,
Terdampar pada permadani rumput hijau, terasa gigil-menggigil,
Tiupan nafas alam membekui, merinding,
Dalam kepencilan rasakan tubuh hanya dingin....

(Jakarta, 26 Januari 2014)

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler