Rindu seperti butiran hujan yang berkejaran di jendala bis sore itu.
Tak habis-habisnya kupandangi, hingga reda memeluknya.
Saat bis itu berhenti di halte kampus kita, kulihat kau termenung diantara rintik hujan yang berisik.
Di atas dua telaga diantara dua telingamu, kulihat pula ada rindu yang sedang berkejaran.
Baiklah, bila hujan adalah bentuk rindu yang bersifat liquid, mungkin ia tak jauh beda dengan air yang ada dimatamu itu.
Celakanya aku masih saja menunggu bersama bis itu.
menunggu kau selesai menghitung rintik hujan,
menunggu kau selesai menghabiskan air di mata.
Jendela Sastra
Komentar
Tulis komentar baru