Malam ini, tepat bulan terbit di mataku
Masih ada kerinduan tentang suara ombak
yang mengayun sepi malam itu
Angin berpapasan dengan gerigi-gerigi tebing Kalangana
Seekor lumba-lumba bercengkerama dengan perahu
kala ombak mengelus-elus sampan di atas laut malam
Ayah aku mencarimu di perantauan, tapi yang kutemukan
orang lain yang juga menjadi seorang ayah
Maka malam ini, kuminta bulan untuk sekali saja
menampaKkan wajahmu antara lekuk coraknya
Lalu coba menggali sisa ingatan purbaku
Barangkali masih ada senyuman yang diam-diam
kucuri kala sakit itu semakin akut.
Kata orang aku serupa denganmu
Makan kujatuhkan air mata di hadapan cermin
agar tekenang butir air mata di wajah pucatmu
sebelum sehai-helai kafan mengabadikanmu di alam sebuah nisan
Namun sia-sia, kau, senyuman, dan air matamu
telah manjadi kisah yang nyaris terlupakan
Maafkan jika, malam ini sengaja aku merindukanmu.
Kendari, 15 September 2019
Komentar
Tulis komentar baru