Berbekal harapan dalam pikiran yang menjelma jadi lagu-lagu suci
Berbekal harapan dalam perasaan yang menjelma jadi baca ulang jutaan kali
Rombongan yang semakin besar tertatih meraba tanpa letih mencari
Negeri di mana setiap hari hujan bidadari
Rombongan pintadoh menyeruak dengan rongga mata tanpa biji
Tangan-tangan yang menengadah berbelok mencongkel mata sendiri
Rombongan pintadoh menyeruak tanpa kuping kanan tanpa kuping kiri
Tangan tangan yang menengadah berbelok menjadi besi
Melinggis telinga jadi pekak jadi tuli
Inilah pengembaraan panjang menuju negeri yang selalu hadir dalam mimpi
Sepakat rombongan berjalan menempuh jalanan panas membakar tubuh
Gurun membakar telapak kaki terkelupas melepuh
Menghindar dari jalan indah dengan ribuan pohon peneduh
Pada bibir lidah gusi langit-langit kering harapan dan mantra tetap utuh
Sungai madu salju mata air gunung lembah dipandang dalam puja dan upacara
Tidak untuk menghilangkan haus dan dahaga
Rombongan menyeruak tertatih dalam lapar dan haus
Menangkap jejak terjebak fatamorgana di gurun tandus
Memilih gurun membiarkan sungai dan madu jadi kakus
Memilih gurun membiarkan rimba belantara dibakar hangus
Memilih orang lain semua salah kebenaran aku paling bagus
Memilih tulisan dan bacaan jadi raja logika diberangus
Rombongan telah dijebak masuk ke dalam kandang
Untuk paham bacaan diulang-ulang jiwa jadi tenang
Untuk paham tulisan bisa jadi penenang
Rombongan tampaknya akan tidur panjang
Terus bermimpi tentang hujan bidadari telanjang
Lakon selesai layar ditutup malam sudah habis datang siang
Penonton mati meregang pulang
Pesta-pora para aktor menikmati panen melimpah dari bodoh yang subur
Pemilik tanah asing di negeri sendiri berpeluk lutut menganggur
Pikir dan rasa hancur
201605040731 Kotabaru Karawang
Komentar
Tulis komentar baru