Rumah
ini secangkir kopi, bisikmu
pelan, dan terkesan manis.
sebuah kursi rotan, dan aku
sedang menunggumu.
menyaksikan gumpalan senja
yang segera akan
tersedot ke purus angin sore
bayi perempuan di gendonganmu,
tangisnya baru reda.
mari sama-sama membaca lembayung
dan capung-capung
yang masih memunguti aroma kering
di rerumput halaman
senja ini tak canggung lagi buat kita.
bahkan cara duduk seperti ini juga
sangat sering kita cipta dulu
di sembarang tempat yang kita sepakati
untung kita pernah pacaran
dan pernah menulisi cinta
di setiap dinding malam.
sobekan-sobekan kalender itu
telah sukses kutukangi jadi rumah
dan kau memungutinya
sebagai pengganti popok buat anak pertamamu
yang jidatnya sangat mirip dengan neneknya.
serta bayi perempuan di gendonganmu
itu tangisnya: telah berhasil memaksaku
menggadaikan keringat hingga ke
sepenjuru musim.
Topi Tao, Parbaba April ’10
Rumah
- 1623 dibaca
Komentar
Tulis komentar baru