Jendela I
jendela,
ialah lubang sajak
riwayatriwayat retak
serupa rajahan ribuan jarak
sebab jendela,
potret seorang bocah
mulai lelah
dengan tubuh
tak bertanda
Surabaya
Jendela II
seorang anak lelaki
menoleh ke kanan dan kiri
menggumami pagi:
“mengapa Bapak tak kembali,
bukannya kami memang terlahir dari api”
lalu sebuah dentuman
menggetarkan bingkai jendela
dan menyemburatkan
aroma mayat lelaki tua
dengan mata
hanya tinggal bara
dan berciprat darah
di tiang bambu
yang nyaris rubuh
Surabaya,
Jendela III
lalu kemana percakapan kita,
(gelisah katakata
yang sudah mulai dikosongkan
oleh beberapa jambangan
yang sudah mulai renta)
dan bayang wijayakusuma
di bawah jendela,
serta kabut setelah hujan
mencoba mengingat nama kita
: kematian
Surabaya
Jendela IV
di balik detik
jendela menyambut rerintik
—aroma mayat lelaki tua
dan selembar peta
( seonggok mimpi
yang benarbenar tercipta dari api )
Komentar
Tulis komentar baru