I
Bisik semut kepada kawannya, "tetaplah tersenyum teman, meski tak semanis gula itu.
Walau engkau telah kehilangan arti dari gula tersebut."
II
Kopi pemberianmu yang ku minum pagi ini, terasa begitu pahit.
Ku tambah gula dua, tiga, hingga empat sendok.
Ku aduk, lalu ku seruput kembali. Kelam itu yang terasa.
Entah semenjak kau tak acuh dengan kata yang tak sempat ku ucapkan.
Bisik semut kepada kawannya, "tetaplah tersenyum teman, meski tak semanis gula itu.
Walau engkau telah kehilangan arti dari gula tersebut."
II
Kopi pemberianmu yang ku minum pagi ini, terasa begitu pahit.
Ku tambah gula dua, tiga, hingga empat sendok.
Ku aduk, lalu ku seruput kembali. Kelam itu yang terasa.
Entah semenjak kau tak acuh dengan kata yang tak sempat ku ucapkan.
Gula, tak pernah terasa seperti gula.
III
Namun, kupikir kembali gula memang tak pernah sesombong kita.
Ia tak pernah menunjukan dan memamerkan dirinya, walau ia selalu memberi hal yang manis dalam hidup kita.
Ia lebih memilih larut dalam kedamaian.
III
Namun, kupikir kembali gula memang tak pernah sesombong kita.
Ia tak pernah menunjukan dan memamerkan dirinya, walau ia selalu memberi hal yang manis dalam hidup kita.
Ia lebih memilih larut dalam kedamaian.
Komentar
Tulis komentar baru