Saat ini air mata tak lagi tabu
Tiap tetesnya tak lagi mengandung haru
Tiap tetesnya terabaikan bagai debu
Tersapu dan berlalu
Tak ada yang benar benar iba
Untuk sekedar menyeka, atau mengusap mata
Tetes tetes air mata adalah harapan
Harapan dari anak pertiwi yang ter-aniaya jiwa dan raga
Harapan yang terabaikan
Tak terbalaskan
Tanpa peraduan
Tanda penyelesaian
Karena nyatanya
Harapan hanya dibayar harapan
Tiap tetes air mata menjadi genangan
Harapan yang dibiarkan menggenang
Tersapu oleh hujan
Harapan itu masuk ke selokan
Lalu, sampai kapan harus berharap ?
Sampai air mata menjadi nanah?
Sampai air mata menjadi darah?
Sampai air mata menjadi lumpur yang menyembur?
Sampai air mata menjadi air bah ?
Atau sampai air mata memisahkan leher dari anggota badan lainnya?
Pantas saja jika Ibu Pertiwi bersusah hati
Bertahun - tahun lamanya bersusah hati
Tanpa rona merah wajahnya yang kian pucat pasi
Miris menyaksikan derita anak - anak nya
Disuapi harapan hingga berujung di batu nisan
Harapan
Aku tak pernah berhenti berharap
Karena hanya itu yang tersisa
Hanya itu yang menjadi ruh untuk jasad ini
Dan membuatnya tetap hidup
Jadi
Jangan kau nafkahi harapan ini dengan harapan
Hidupi harapan ini dengan kenyataan
Kenyataan yang benar - benar nyata
Jangan biarkan harapan ini membusuk
Sebelum jasad benar - benar membusuk
Dan darah pun membusuk
Air mata pun membusuk
Kita membusuk
Kalian membusuk
Kemanusiaan membusuk
Hingga manusia menjadi busuk
Komentar
Tulis komentar baru