Skip to Content

Sajak Pada Wajah Ibu

Foto Gandhi Nurrohim

//a//

Bu,muara di matamu mengalirkan sungai-sungai cintanya pada waktu.sekecup janji bisu mu mengantarkan anakmu bercakap dengan lamunan hari.

''bagaimana kabar ibu??? ''

sejengkal bait puisi kubenturkan pada kenangan wajahmu temaram oleh melankolia yang sephia.
di sudut balkon,alamanak terlampir menetaskan peta-peta kita pada selendang tua,dulu sekali di situ anakmu menitipkan lelapnya.corak kambodjanya laksana aksara yang menyusun kisah lama kita,bu.
kau jamu tangisku saat lilin yang bapa nyalakan berlari di jemput angin.kau titipkan lelap pada harmoni lagu di telingaku.

//b//

satu desibel nada kenangan menjemput air mataku yang tumpah di perantauan,rantau tuah yang mengajariku makna hidup.
''kasih ibu kepada beta... ''
Bu,saat malam mengetuk pintu rumah kita,senyumanmu menjadi satu-satunya nafas yang kuhirup.sepi yang mampir merapatkan pelukmu,agar lamunan hantu yang di ceritakan abang lesap dari bulir mataku.
Bu,pernah kau eja malam dengan kidung do'a saat demam singgah di keningku.peta di matamu justru membuatku tersesat hingga tak kutemukan layu pada mataku.
lalu harmoni lagu itu kau rekahkan
''tak terhingga sepanjang masa....''
kau titipkan lelap untukku sedangkan justru ku titipkan cemas pada rindang matamu yang terjaga sampai siang mengintip jendela kamar kita,

//c//

Bu,ketika senyuman menjadi awal pertemuan kita,maka serupa tangis haru mengambil makna kehidupan bagimu,
KARENA AKU ADALAH KISAH TERINDAHMU...
dan jejakku pada malam-malam beku mengingatkanku pada senyumanmu dulu.ketika aku takut saat gelap menimbun rimba kota,ibu menuntunku agar tak ada simpangan di mataku.agar gelap tidaklah lagi melahirkan ketakutan.

//d//

Bu,ketika senyuman menjadi awal pertemuan kita,maka tangis mengambil pertemuan kita yang lain.
Bu,kau layarkan aku sampai jauh,hingga tak mampu kupandangi lagi muara tenang wajahmu.kau gugurkan tangis pada halaman rumah kita sehingga mampu kurasakan tempiasnya di luar sana.
Bu,ku genggam tangis dan tawamu sebagai bekalku di perantauan,kudekap bahu layumu tempat dulu ku berayun dalam nyanyian musim di tubuhmu.
'' BU, AKU MENYAYANGIMU SEPANJANG WAKTU ''

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler