Skip to Content

Sajak-Sajak Cinta Ummi Azzura Wijana

Foto Ummi Azzura Wijana

Melepas Pergimu Kembali

 

aku pandang wajahmu di temaram senja

pada lembayung diujung jalan ini

mengapung sendu merah jambu seroja

perlahan menujumu menepi

hambar senyummu tersungging terpaksa

seulas sejenak kausembahkan sekilas

perlahan lembut sentuh pipi berurai air mata

tatapkan rindu hati padamu meretas

kidung cinta doa kusertakan

mengiringimu mantapkan perjalanan

pantang wajahmu kaupalingkan

meski sekadar lambaikan tangan

aku tak selalu dalam pelupuk, kaumemandang

yakinilah aku selalu ada dalam hatimu bertandang

bersanding beriringan menjaga asamu sayang

merasuki hatimu hadapkan wajahmu di negeri seberang

tanpa ruang hati ini menyatu

tanpa jeda jiwa ini bersamamu

aku yakinkan hati esok lusa besok hari

kaudatang memeluk mesra sanubari

 

~kau pasti kembali~


Magelang, 24012014

 

Melukis Bayangmu

 

perlahan purnama tergelincir luruh

ujung pena inginkan lukis senyummu

goreskan indah bening bola netramu

gariskan lengkung rikma menyentuh

 

berirama jemari mainkan warna berbagai

pada kanvas dihadap terpapar terpaku

terkuas lembut warnai menyentuh tergugu

rengkuh jemarimu diantara perihku andai

 

semilir bayu antarkan pagi teririsku

perlahan hijau biru ungumu menghilang

terberai tercecer diantara tetes embun

terhempas pada kejora terkelip diam

 

beribu bahasa diam tanpa kata termakna

sebentar saja tak terenda teruntai terucap

parasmu kian pudar terpucat pasi

mengiring syahdu nyanyi kukila lemah

 

terlarung mimpi merapuh terduduk

merapat pekat tinta terhampar tertumpah

tak lebih inginku lagi memandangmu

kini bayangmu tersapu lirih menyingkir lalu

 

Magelang, 11 Maret 2014

 

Goresan Agustus Tentangmu

 

Bagiku, Agustus (kali ini) begitu indah. Bentang cahaya bintang kurasa ada dirimu yang mendekat pada setiap menjelang terbit mentari. Meskipun sebenarnya ratusan jarak cahaya memisahkan raga kita dalam satu benua. Mata kita sama. memandang kejora di kedip malam. Engkau berpijak pada serpihan debu di ujung pulau. Aku di sini, pada geladak yang layarnya sedikit terkembang, terombang-ambing di bibir pagi. Mencatat detik demi detik kerlip pancar berpendar.

Bayangmu sulit hadir. Hanya keyakinan yang mengabarkan kau ada di hadapku. Membuat senyumku terkembang penuhi wajah merona merah jambu. Harapan menyesak di dada, mengisi rongga yang hilang sedari hari kemarin. Pada Juli yang masih sisakan titik hujan. Mulai menapak asa kembali di Agustus permulaan.

Tak ada yang istimewa. Hanya gambar wajahmu yang tersenyum tanpa perubahan. itupun aku tidak tau, benarkah itu wajahmu. Namun larik rangkaian katamu. Bait dendangmu menjatuhkanku  pada tempat yang aku sendiri tidak tau di mana. Apakah itu lembah penuh batu.

Apakah itu padang rerumputan hijau yang menyejukkan kalbu. Atau pada awan yang menyisakan gumpalan putih berarak. Ketika aku melambung saat engkau tuliskan coretan indah untukku.

Agustus ini. Merah biru jingga putih kuning ungu. Ingin ku goreskan pada selembar kanvas. Jingga warna auramu. Ceritakan tentang putih lembut hatimu. Legam rambutmu ku rangkai satu-satu. Kusulam merah bibir dengan renyah tawamu. Tak satupun akan ku lewatkan warna warni indah sorot bening matamu. Sedikit ungu lengkapi sudut ruang hati. Jadikan biru kekuningan warna hidupku.

Entah. Sudah berapa lembar demi lembar kuhabiskan. Bercerita tentang tertawamu dan kibasan rambutmu yang beranak di dahimu. Tak habis tinta dalam cawan berkisah untaian manis pribadimu. Hingga Agustus menuju penghujungnya. Tak juga usai jemariku menulis untukmu.

Agustus akan segera usai. Akankah September nanti hujan akan jatuh bersama rinainya. Datang bersamamu. Bersamaku duduk di bangku ini.

Bersama menggores muara kisah tentang kita. Di mana engkau dan aku memandang langit penuh bintang. Berdua. Tanpa harus dunia berkata, “Itu hanya khayalanmu saja....”


Magelang, 19082014

 

Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler