Skip to Content

SAJAK-SAJAK SRI WINTALA ACHMAD

Foto eswa achmad
files/user/5798/IMG_1843.JPG
IMG_1843.JPG

Sri Wintala Achmad

Pantai Kwaru Sore Hari

 

 

Menyusuri gang pasir di naungan cemara

Mengingatkanku pada masa muda

Mengejar-ngejar matahari biru yang

Kausembunyikan di balik kabut

 

Di pantai yang membuncahkan busa-busa

Aku gambar jantung terkoyak di pasir

Sesudah kauselingkuhkan matahari

Pada camar yang tersesat jalan pulang

 

Menjelang senja, lautku terbakar

Bersama gelombang memijarkan api

Bagimu yang telah mengkhianati langit

Dengan lengkung bianglala

 

Pantai Kwaru, 2013


Perempuan yang Menyisir Pantai

 

 

Perempuan menyisir pantai tanpa alas kaki

Meninggalkan jejak-jejak usia yang

Senasib sajak dari para penyair, sebelum

Gelombang waktu menghapusnya

Dengan satu sapuan

 

Saat matahari oleng ke langit barat

Perempuan menyaksikan perahu tua bakal labuh

Di mana senja adalah ambang mimpi buruk

Tentang tarian angin yang berpusar

Tanpa catatan aroma laut

 

Pada langkah kesekian, perempuan tengadahkan wajah

Buat sekadar menatap hamparan langit berawan

Terbentang bagai sebingkai kanvas kosong

Tak ada warna tak ada gambar, selain

Kekelabuan hati paling airmata

 

Pantai Kwaru. 2013

 

PETANG SEUSAI HUJAN REDA

 

Kilat yang menggores langit bersampul awan

Mengingatkan kata selamat tinggal dari kekasihmu

Seusai fajar yang kaubirujinggakan dengan cinta

Hanya berujungkan pada petang

Menderaskan hujan air mata

 

Kepada siapa sajak cinta kembali kaunyanyikan

Bila lelaki lebih memuja kucing ketimbang anjing

Yang selalu menjilati tapak kakimu demi pepes ikan

Sebelum meninggalkanmu senasib

Tulang-belulang seekor tikus

 

Hujan reda, namun bola matamu masih berkaca-kaca

Tak ada isak dan kata-kata tuk diabadikan dalam puisi

Selain dendam untuk disihir sebagai kuntilanak

: Hantu pada setiap lelaki yang

Menyembunyikan pisau lipat di balik gaun kekasihnya

 

Cilacap, 30122012

 

 

PEREMPUAN YANG MEMBACA PUISI

 

Dari ruang paling hati, perempuan membacakan puisinya. Agar menjadi semilir angin, yang meredam dendam matahari. Menjadi lambaian hijau dedaunan.

 

Di ruang-ruang perjamuan, perempuan membacakan puisinya. Agar menjadi semangkok sup dan segelas pop ice, yang memadamkan jiwa-jiwa terbakar.

 

Dalam ruang paling rahasia, perempuan membacakan puisinya. Agar terpahami isyarat kabut. Oleh beburung yang akan pulang ke sarang di balik bukit.

 

Cilacap, 2013-2014

 

DI KAKI BUKIT SENJA HARI

 

Bukit mempuisikan kabut cinta yang

Telah diprasastikan pada setiap batu

Bersama larut terik, menanggalkan

Sejarah perhelatan lelaki dengan matahari

Bagimu Din: merpati bermata biru safir

Merentangkan sepasang sayap perak

Atas dendam rindu yang tertangguhkan

 

Yogyakarta, 2000


Komentar

Tulis komentar baru

Materi isian ini bersifat rahasia dan tidak ditampilkan ke publik.


Terpopuler Hari Ini

Sebulan Terakhir

Terpopuler